Pengertian Sejarah Sebagai Kisah

Ngomong-ngomong tentang sejarah sebagai kisah, elo mungkin pernah bertanya ke orang tua tentang cerita masa kecil elo. Bener, nggak? Misalnya elo  penasaran, dulu waktu kecil itu elo orangnya seperti apa. Pendiam, usil, cengeng, atau bandel.

Ilustrasi ibu sedang menceritakan sejarah sebagai kisah kepada anaknya sebelum tidur.
Ibu elo kemudian menceritakan kisah masa kecil elo sebelum tidur. (Arsip Zenius)

Kemudian orang tua elo menceritakan banyak hal tentang masa kecil elo. Mulai dari elo waktu di dalam kandungan suka menendang-nendang perut, cerita ibu waktu ngidam, kelahiran, hingga masa-masa sekolah. Lucu, deh, pokoknya.

Nah, cerita semacam itu termasuk bagian dari sejarah kehidupan elo, lho, guys. Terus kalau begitu, hubungannya sama sejarah yang elo pelajari di sekolah itu apa ya? Yuk kita simak sama-sama. 

Kenalan Sama Sejarah, Yuk!

Sebelum mengenal sejarah sebagai kisah, elo perlu tahu pengertian sejarah secara umumnya dulu. Secara harfiah, kata sejarah ada yang mengaitkannya dengan bahasa arab, yaitu syajaratun yang artinya pohon. Selain itu, sejarah juga disebut dengan tarikh yang berarti waktu.

Kalau dalam bahasa Yunani, sejarah itu historia yang artinya ilmu. Orang Inggris menyebut sejarah sebagai history yang berarti masa lalu. Jadi, kalau elo mempelajari sejarah dan isinya, berarti elo juga mempelajari waktu dan kejadian suatu peristiwa.

Iya, kan? Coba, deh, elo amati lagi, ketika elo mempelajari masa lalu seseorang atau peristiwa, elo juga akan membicarakan waktu atau pembagian waktu (periodisasi), kan?

Pertanyaannya, apakah semua masa lalu itu sejarah? Kalau mengikuti pendapat dari James Banks, sejarawan dan pengkaji pendidikan multikultural asal Amerika, yang dimaksud dan termasuk dalam sejarah itu adalah semua kejadian atau peristiwa masa lalu. Ini juga didukung oleh Leopold von Ranke, sejarawan asal Jerman yang bilang kalau sejarah itu peristiwa yang terjadi.

Baca Juga: Ruang Lingkup Sejarah Sebagai Ilmu, Peristiwa, Kisah, dan Seni

Sejarah Sebagai Kisah dan Peristiwa

Dari tadi elo baca kalau sejarah itu soal peristiwa masa lalu. Namun, ternyata sejarah itu juga memiliki peran sebagai kisah atau cerita, lho. Maksudnya gimana, ya?

Jadi gini, sejarah memang bisa dinilai sebagai sebuah peristiwa ketika berbicara mengenai masa lalu. Simpelnya, peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi di masa lalu gitu, deh.

Nah, sejarah sebagai peristiwa itu sifatnya objektif, guys. Dalam posisi sebagai peristiwa, sejarah selalu punya bukti-bukti yang dapat menguatkannya, contohnya saksi mata, jejak-jejak yang tertinggal, dan juga catatan-catatan mengenai peristiwa yang telah terjadi tersebut.

Sedangkan, pengertian sejarah sebagai kisah adalah buah hasil karya dari seorang penulis atau sebutannya adalah sejarawan yang sangat terpengaruh subjektivitas. Sejarah sebagai kisah menurut para ahli mengandung unsur-unsur “subjek” yang mempengaruhi warna dan rasa. Artinya, diri sejarawan tersebut ikut mempengaruhi bagaimana cara peristiwa itu tersaji ke elo.

Konsep Sejarah Sebagai Kisah

Sejarah sebagai kisah merupakan hasil rekonstruksi sejarawan terhadap peristiwa sejarah.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, sejarah sebagai kisah merupakan hasil karya atau tulisan dari sejarawan yang sajiannya sangat dipengaruhi oleh subjektivitas dari seorang sejarawan yang menuliskannya. Tapi ingat ya, meskipun sejarah sebagai kisah adalah buah karya, sejarawan itu bukan seperti pengarang atau novelis.

Konsep dalam sejarah sebagai cerita itu diibaratkan seperti elo bermain sama korek api. Jadi, pas elo mainan korek api sampai berserakan nggak beraturan, seseorang minta elo buat nyusun kembali korek api tersebut menjadi bentuk-bentuk tertentu seperti rumah-rumahan, petak, atau segitiga.

Ilustrasi analogi sejarah sebagai kisah menggunakan batang korek api.
Bangunan rumah-rumahan dari korek api yang disusun. (dok. Stockvault)

Nah, pastinya pas mencoba menyusunnya, elo dikasih kebebasan memilih bentuk, tanpa alat tambahan. Jadi, hanya ada batang korek yang tersedia. Seperti itulah sejarawan saat mencoba menciptakan karya sejarah. Ada batasannya yaitu fakta-fakta sejarah yang diibaratkan seperti batang-batang korek.

Baca Juga: Sejarah dan Sastra – Apa Hubungannya di Kehidupan Manusia?

Apa yang Diperlukan Saat Merekonstruksi Masa Lalu Menjadi Sebuah Kisah?

Bisa membayangkan, nggak, saat elo menyusun korek-korek itu jadi sebuah bentuk tertentu, elo perlu apa aja? Hal yang diperlukan adalah pengetahuan tentang langkah-langkah dalam membentuk objek baru yang akan dibuat dan daya kreativitas. Iya, kan?

Menulis sejarah sebagai kisah juga seperti itu, guys. Yang pertama elo butuhkan adalah ilmu-ilmu yang bisa untuk menyusun kisahnya. Dalam hal ini berarti seorang sejarawan perlu tahu metode rekonstruksi sejarah atau menuliskan ulang sejarah. Selanjutnya, ya, daya kreativitas, caranya elo menyusun sejarah tersebut, bahasa apa yang akan digunakan, dan lain sebagainya

Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Kisah

Nah, tentu elo masih penasaran, kan, mengenai pembahasan ini. ita lanjut lagi, yuk. Nih, gue punya pertanyaan yang mendasar untuk elo jawab terlebih dahulu, “Apa ciri dari sejarah sebagai kisah?”.

Pertama, sejarah sebagai kisah bersifat subjektif. Hasil karyanya adalah hasil dari buah pikiran seorang individu yaitu sejarawan. Oleh sebab itu, cerita sejarah yang mereka tulis bisa saja merupakan hasil tafsiran yang berbeda dari peristiwa yang terjadi.

Sejarawan menyusunnya dengan menginterpretasi fakta atau bukti yang tertinggal dari peristiwa sejarah. Maka dari itu, bisa saja ada hasil interpretasi yang berseberangan dan hasil yang berbeda.

Interpretasi yang berbeda ini bisa terjadi karena pada saat menulis sejarah sebagai kisah diperlukan adanya imajinasi untuk menyambungkan fakta yang ada. Setiap sejarawan punya daya imajinasi yang berbeda-beda. Di samping itu, konsep sejarah sebagai kisah muncul karena hal di atas dan cerita yang berdasarkan pada ingatan, tafsir, serta kesan dari seorang sejarawan.

Selanjutnya, sarana yang digunakan untuk mengungkapkan kembali sejarah. Elo bisa menggunakan lisan dan tulisan.  Oh iya, ciri lainnya dari sejarah sebagai kisah itu nyata atau benar-benar terjadi, ya, guys.

Contoh Sejarah Sebagai Kisah

Sejarah sebagai sebuah kisah dapat kita temui dalam cerita Kerajaan Singasari, khususnya kisah-kisah dari penguasa di kerajaan tersebut. Biasanya, para ahli sejarah akan menggunakan kitab-kitab lama untuk dijadikan patokan dalam menentukan silsilah kerajaan besar seperti Singasari.

Ilustrasi seorang anak sedang membaca buku.
Anto sedang membaca kisah penguasa kerajaan. (Arsip Zenius)

Namun, dalam dua kitab besar yaitu Negarakertagamadan Pararaton, ternyata terdapat perbedaan penceritaan mengenai silsilah penguasa Kerajaan Singasari. Seperti itulah sejarah sebagai kisah dapat ditunjukkan dalam pernyataan yang berbeda sesuai dengan si penulisnya.

Elo nggak perlu bingung tentang mana yang salah dan mana yang benar. Kalau pengen bijak melihat sebuah kisah sejarah, maka elo perlu lihat beberapa aspek ini.

Pertama, siapa pembuat cerita sejarah tersebut. Apa profesi dan bagaimana masa lalu ketika dia hidup. Bahkan, elo perlu perhatikan juga bagaimana pola asuh orang tua si sejarawan dan di mana dia belajar sejarah.

Kedua, posisi sejarawan dan objek yang dia tuliskan Artinya elo perlu lihat seberapa dekat sejarawan dengan kisah yang ia ceritakan. Karena, hal ini akan mempengaruhi subjektivitasnya.

Ketiga, kapan dan di mana ia tinggal. Elo perlu tahu kapan ia hidup dan di mana ia tinggal untuk lebih memahami bagaimana kondisinya ketika menulis karya sejarah tersebut. Apakah ia dalam keadaan merdeka dari segala bentuk tekanan atau tidak.

Ketiga hal itulah yang perlu elo jawab ketika diminta untuk menilai kisah sejarah. Apalagi kalau diminta untuk menyebutkan faktor yang harus diperhatikan dalam melihat sejarah sebagai kisah.

Baca Juga: Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah

Jenis-Jenis Sejarah Sebagai Kisah

Nah, ternyata sejarah sebagai kisah itu ada jenis-jenisnya lagi, guys. Sejarah itu pasti ada kontak atau hubungan dengan ilmu lain, seperti ekonomi, politik, sosial, intelektual, dan lisan. Oke, kita bahas satu per satu, yuk!

Sejarah Ekonomi

Sesuai dengan namanya, di sini elo akan belajar tentang sejarah perekonomian masa lalu dan konsep-konsep perekonomian yang diterapkan dari dulu hingga saat ini. Misalnya tentang sejarah ekonomi pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Sejarah Politik

Jenis yang satu ini membahas tentang politik di masa lalu. Bahasannya, ya, nggak jauh-jauh dari kekuasaan, ketatanegaraan, tokoh politik, dan sistem pemerintahan. Contohnya, Indonesia pada masa Orde Baru, di bawah kepemimpinan Presiden Suharto..

Sejarah Sosial

Sejarah sosial merupakan peristiwa bersejarah yang membahas tentang interaksi dan struktur, serta hubungan timbal balik manusia pada masa lalu. Contohnya kehidupan sosial masyarakat pada masa Kerajaan Kalingga.

Sejarah Intelektual

Jenis yang satu ini mempelajari pemikiran orang-orang di masa lalu mengenai suatu hal. Sesuai dengan namanya, ya “intelektual”. Misalnya tentang pemikiran Karl Marx mengenai komunisme.

Sejarah Lisan

Jenis ini merupakan suatu metode untuk mengumpulkan data-data sejarah dengan cara bertanya dan berdiskusi dengan tokoh-tokohnya. Misalnya, elo mewawancarai veteran yang masih hidup mengenai kejadian pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Masih kurang puas dengan uraian di atas? Elo masih bisa menguasai materi tersebut dengan nonton video belajar Zenius. Yuk, klik banner di bawah ini!

sejarah zenius

Contoh Soal dan Pembahasan

Untuk menguji sejauh mana pemahaman elo mengenai materi sejarah sebagai kisah, gue ada beberapa contoh soal dan pembahasan yang bisa dijadikan sebagai referensi. Cekidot!

Contoh Soal

Sejarah sebagai kisah bersifat subjektif karena….

A. Interpretasi setiap orang berbeda-beda.

B. Sumber yang digunakan berbeda.

C. Perbedaan konsep diakronik.

D. Perbedaan konsep sinkronik.

E. Adanya konsep generalisasi.

Jawab: A. Interpretasi setiap orang berbeda-beda.

Pembahasan: 

Sejarah sebagai kisah itu artinya peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau direkonstruksi kembali berdasarkan fakta dan metode ilmiah. Namun, penyusunan peristiwa sejarah itu nggak bisa dilepaskan dari interpretasi atau penafsiran penulisnya mengenai fakta-fakta yang ada.

Hal itu karena yang namanya penafsiran bersifat subjektif sesuai dengan individu yang menelitinya.

*****

Gimana nih, sampai sini udah paham kan tentang materi sejarah sebagai kisah? Semoga lo bisa memahami dengan baik yaa. Biar makin mantap, Zenius punya beberapa paket belajar yang bisa lo pilih sesuai kebutuhan lo. Di sini lo nggak cuman mereview materi aja, tetapi juga ada latihan soal untuk mengukur pemahaman lo. Yuk langsung aja klik banner di bawah ini!

SKU-BELI-PAKET-BLJR

Try Out bareng Zenius

Referensi:

Pengantar Ilmu Sejarah – Kuntowijoyo (2008).

Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah – Sartono Kartodirdjo (1992).

Modul Ilmu Pengetahuan Sosial 9: Pengantar Ilmu Sejarah – Ismaun (1993).

Interpretasi Sejarah Sebagai Peristiwa dan Masalah Pendidikan – Ahmad Maksum (2015).

Mengenal Konsep Sejarah Sebagai Ilmu dan Ciri-cirinya

Salah satu ruang lingkup sejarah yang kita pelajari di kelas 10 adalah sejarah sebagai ilmu. Bagaimana konsep, ciri-ciri, dan contohnyanya? Mari kita bahas bersama.

Pernah nggak sih, elo bertanya-tanya. Kenapa ya Sejarah itu menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah?

Buat apa sih mempelajari tentang kejadian di masa lalu dan berbagai tokoh yang telah tiada di dunia ini? 

Bukankah kita justru harus move on ya dari masa lalu? 

Kenapa perlu belajar sejarah sebagai ilmu?
Belajar sejarah sebagai ilmu di sekolah. (Arsip Zenius)

Untuk memahami buat apa kita mempelajari sejarah sebagai ilmu di sekolah, kita harus memahami dulu gimana konsep sejarah sebagai ilmu itu.

Oleh karena itu, mari kita bahas pengertian, ciri-ciri, fungsi, serta kegunaan sejarah sebagai ilmu pada artikel kali ini. Yuk!

Pengertian Sejarah Sebagai Ilmu

Jadi, apa yang dimaksud dengan sejarah sebagai ilmu? Sejarah sebagai ilmu merupakan rekonstruksi peristiwa masa lalu, yang sudah direkonstruksi oleh ahli sejarah sesuai dengan kaidah keilmuan. 

Simpelnya nih, mata pelajaran Sejarah yang elo pelajari di sekolah itu, adalah contoh dari Sejarah sebagai ilmu, lho.

Buku Sejarah yang kita pelajari itu berisi rekonstruksi peristiwa masa lalu, yang telah disusun oleh para sejarawan yang ahli di bidangnya.

Supaya elo makin paham akan konsep sejarah sebagai ilmu, elo bisa nih nonton video tentang konsep dasar sejarah sebagai ilmu di aplikasi Zenius.

Langsung saja klik link di bawah ini untuk menonton video penjelasan yang asyik dan mengakses fitur-fitur Zenius seperti contoh soal, flashcard, dan tes evaluasi, yang tentunya berguna banget untuk meningkatkan pemahaman elo.

Video: Konsep Dasar Sejarah Sebagai Ilmu

Konsep dasar sejarah sebagai ilmu.
Yuk, nonton video materi konsep dasar sejarah sebagai ilmu!

Wah, Sobat Zenius, dari video tadi kita jadi tahu ya, bahwa untuk menjadi ilmu, sejarah harus memenuhi beberapa syarat penting.

Syarat-syarat ini menjadi ciri khas sejarah sebagai ilmu yang harus banget dipenuhi. Apa saja ciri-cirinya? Yuk, kita bahas di bagian selanjutnya.

Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Ilmu

Sebelumnya kita sudah tahu bahwa untuk menjadi ilmu, sejarah harus sesuai dengan kaidah keilmuan.

Untuk memenuhi kaidah tersebut, ada beberapa syarat sejarah sebagai ilmu sebagai berikut.

Menurut KBBI, arti empiris itu “berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan)”.

Nah, sejarah sebagai sebagai ilmu itu bersifat empiris, yang berarti harus bisa dibuktikan secara nyata. 

Bukti tersebut bisa berupa peninggalan sejarah seperti prasasti, patung, dokumen, fosil, dan pengetahuan yang memang diketahui masyarakat luas.

Seperti ilmu pengetahuan pada umumnya, sejarah juga memiliki objek untuk dikaji. Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena memiliki objek yaitu manusia itu sendiri, serta fenomena yang dilihat dari sudut pandang waktu tertentu di masa lalu. 

Jadi, bisa disimpulkan bahwa objek yang dipelajari sejarah sebagai ilmu adalah manusia dan waktu.

Dari kajian suatu peristiwa dan manusia di masa lalu, tentu setiap ahli sejarah bisa memiliki pendapat atau teori masing-masing. Teori ini didasari pengamatan dan bukti nyata yang ada.

Dalam penyusunannya, sejarah direkonstruksi dengan menggunakan metode ilmiah, sehingga sejarah yang dikaji dapat disusun secara saintifik. Di Zenius blog, ada artikel yang membahas tentang metode ilmiah dan bisa elo baca di sini, lho.

Umumnya, generalisasi itu berarti menarik kesimpulan secara umum. Di sejarah, diperlukan juga penarikan kesimpulan secara umum dari pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan sejarawan.

Nah, sekarang kita sudah tahu sejarah dapat dikatakan sebagai ilmu karena memiliki ciri-ciri tersebut. Selain itu, perlu dicatat bahwa kebenaran sejarah sebagai ilmu dapat diperoleh melalui penelitian sumber sejarah ya.

Sekarang, gue mau merekomendasikan video yang bagus banget tentang cara bekerja seperti ilmuwan sejarah.

Melalui video tersebut, elo bisa mengetahui cara kerja dari ilmuwan sejarah, lho. Langsung saja klik link di bawah ini untuk pergi ke laman video tersebut ya.

Link: Cara Bekerja Seperti Ilmuwan Sejarah

Lantas, buat apa nih sejarah dipelajari dan disusun dengan sebaik-baiknya seperti itu? Mari kita telusuri di bagian selanjutnya.

Kegunaan Sejarah Sebagai Ilmu

Dengan mempelajari sejarah, kita bisa mempelajari pola fenomena di dunia dan sifat manusia secara umum. Dari situ, kita bisa belajar apa yang sebaiknya dilakukan di masa depan.

Jadi, manusia bisa belajar dari masa lalu untuk masa depan, lho. Oleh karena itu, sejarah memang penting untuk masa yang akan datang.

Apalagi, sejarah yang dipelajari sebagai ilmu memiliki kegunaan yang bisa dibagi menjadi dua, apa saja?

  • Kegunaan intrinsik, yang artinya ilmu sejarah dapat dipelajari oleh siapa saja. Ilmu tersebut kemudian bisa digunakan oleh seseorang yang memang ingin mendalami ilmu sejarah untuk menjadi seorang guru atau ahli sejarah.
  • Kegunaan ekstrinsik, di sini sejarah dapat digunakan untuk pengembangan moral dan keterampilan lunak (soft skill) seseorang. Contohnya seperti penalaran dan berpikir kritis.

Wah, memang penting ya kegunaan sejarah itu. Kita jadi bisa memahami dunia dengan lebih baik, dan berpikir dengan wawasan luas bila kita mempelajari sejarah.

Kebetulan banget nih, ada artikel di Zenius Blog yang benar-benar membedah manfaat ilmu sejarah bagi kita. Elo bisa baca melalui link di bawah ini, ya.

Baca Juga: Coba Ngertiin Ilmu Sejarah dan Manfaatnya Buat Elo Deh!

Fungsi Sejarah Sebagai Ilmu

Sebagai ilmu, sejarah memiliki setidaknya tiga fungsi yaitu fungsi rekreatif, inspiratif, dan instruktif. Kira-kira, gimana ya maksudnya?

  • Rekreatif, untuk memberikan hiburan dan rekreasi. Contohnya kita bisa mengunjungi museum tekstil di Jakarta untuk melihat berbagai kain indah dan sejarahnya, serta mencoba kegiatan membatik, lho.
  • Inspiratif, dimana sejarah dapat menginspirasi seseorang dalam kehidupan, agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
  • Instruktif, memberikan dasar atau instruksi yang mengandung nilai-nilai. Nilai ini bisa dipetik oleh manusia untuk belajar dari masa lalu.

Next, kita bahas contoh sejarah sebagai ilmu.

Contoh Sejarah Sebagai Ilmu

Di Zenius Blog, ada banyak banget artikel yang membahas sejarah. Kira-kira artikel-artikel tersebut bisa menjadi contoh sejarah sebagai ilmu nggak ya?

Untuk menjawab itu, elo harus paham perbedaan sejarah sebagai ilmu, kisah, peristiwa, dan seni terlebih dahulu.

Nah, elo bisa cari tahu soal perbedaannya melalui artikel di bawah ini ya.

Baca Juga: Ruang Lingkup Sejarah Sebagai Ilmu, Peristiwa, Kisah, dan Seni – Materi Sejarah Kelas 10

Sekarang gue mau memberikan contoh sejarah sebagai ilmu yang elo pelajari di sekolah.  

Misalnya, elo mempelajari perjuangan kemerdekaan Indonesia gitu ya. Di situ, elo jadi memahami, bahwa kemerdekaan Indonesia itu didapatkan dengan perjuangan yang nggak main-main dan jiwa pantang menyerah.

Dengan begitu, elo belajar untuk menghargai para pejuang kemerdekaan Indonesia, dan mungkin jadi terinspirasi untuk berkontribusi lebih bagi Indonesia. Selain itu, elo juga bisa mengembangkan jiwa pantang menyerah elo.

Contoh lain lagi, misalnya elo mempelajari tentang sejarah inflasi di dunia. Dari situ, elo tentu belajar juga mengenai penyebab dari inflasi, kenapa sih inflasi bisa terjadi, dan apa yang kira-kira bisa elo lakukan sebagai bagian dari masyarakat untuk mencegah dan mengantisipasi kejadian tersebut.

Baca Juga: Bagaimana Kebijakan Subsidi Bisa Menghancurkan Negara?

Contoh Soal

Berikut ini contoh soal mengenai sejarah sebagai ilmu dan pembahasannya.

Contoh Soal 1

Sejarah sebagai ilmu memiliki ciri-ciri berikut, kecuali.…

A. Empiris

B. Objektif

C. Metode ilmiah

D. Riil

E. Subjektif

Pembahasan

Tadi kita sudah membahas lima ciri-ciri ilmu sejarah. Perlu gue tekankan, bahwa ilmu sejarah itu tidak boleh subjektif, karena harus sesuai dengan kejadian sebenarnya yang benar-benar terjadi di masa lalu.

Oleh karena itu, jawabannya adalah E.

Contoh Soal 2

Pernyataan yang tidak tepat terkait sejarah sebagai ilmu adalah.…

A. Salah satu ciri-ciri ilmu sejarah adalah sejarah memiliki objek.

B. Penulisan ilmu sejarah berdasarkan sumber yang terdokumentasi.

C. Sejarah merupakan sastra yang dinikmati oleh masyarakat luas.

D. Manusia sebagai objek sejarah juga bertindak sebagai peneliti dan ahli sejarah.

E. Ilmu sejarah direkonstruksi dengan kaidah ilmiah.

Pembahasan

Sejarah memiliki objek berupa manusia dan waktu, yang dir

ekonstruksi dengan kaidah ilmiah keilmuan. 

Selain itu, yang merekonstruksi sejarah sesuai dengan bukti atau sumber yang ada, adalah manusia itu sendiri, yang merupakan peneliti atau ahli sejarah.

Lalu bagaimana dengan pilihan jawaban C? Nah, opsi tersebut tidak tepat, karena sejarah sesuai dengan masa lalu dan kenyataan yang ada.

Oleh karena itu, pilihan jawaban yang paling tepat adalah C.

Contoh Soal 3

Kebenaran sejarah sebagai ilmu dapat diperoleh melalui.…

A. Pengalaman kakek kita

B. Penelitian sumber sejarah

C. Perkataan masyarakat setempat

D. Cerita rakyat setempat

E. Objek kajian sejarah

Pembahasan

Sobat Zenius, ilmu sejarah itu harus sesuai dengan kejadian sebenar-benarnya. Jadi, sumber sejarah itu harus dipastikan benar, nggak subjektif. Lantas, gimana cara menguji kebenaran sumbernya?

Salah satu caranya adalah melakukan penelitian. Misalnya, ada prasasti ditemukan. Ahli sejarah bisa mencoba untuk meneliti bersama dengan arkeolog, mengenai apa tulisan dan berapa umur prasasti tersebut.

Jadi, jawaban yang paling tepat adalah B.

Contoh Soal 4

Sejarah dapat dikatakan sebagai ilmu karena….

A. Merupakan cerita masa lampau yang disusun sebagai sastra

B. Menjelaskan aktivitas manusia dengan sudut pandang waktu sekarang

C. Memberikan cerita untuk fungsi rekreasi

D. Merupakan rekonstruksi masa lalu dengan kajian ilmiah

E. Menjelaskan fenomena masa yang akan datang

Pembahasan

Berdasarkan definisi sejarah sebagai ilmu yang telah kita bahas tadi, bisa disimpulkan bahwa, jawaban yang tepat adalah karena sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu dengan kajian ilmiah ya.

Maka, jawabannya adalah D.

*********

Oke Sobat Zenius, itulah pembahasan singkat mengenai ruang lingkup sejarah sebagai ilmu. Kalau elo ingin mempelajari materi Sejarah lainnya dengan lebih dalam dan asyik, coba deh nonton video materi Zenius dan akses soal-soalnya.

cta peristiwa glasnost dan perestroika

Untuk menemani proses belajar lo, Zenius punya beberapa paket belajar yang bisa lo pilih sesuai kebutuhan lo. Yuk klik banner di bawah ini untuk berlangganan!

SKU-BELI-PAKET-BLJR-1

Sampai di sini dulu artikel kali ini, dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Sejarah Sebagai Peristiwa – Sejarah Kelas 10

Penulis : Wintalia Witantri

Hai, Sobat Zenius! Ketika elo belajar mata pelajaran Sejarah di bangku SMA, elo kemungkinan besar akan mendengar bahwa sejarah memiliki beberapa ruang lingkup. Apa aja ruang lingkupnya? Ada sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai seni.

Nah, dalam artikel kali ini, gue akan mengajak elo untuk menelusuri lebih lanjut mengenai salah satu lingkup sejarah, yakni sejarah sebagai peristiwa. Kita bakalan menelusuri lingkup ini lewat pengertian, syarat-syarat, dan ciri-cirinya! Selain itu, di akhir nanti, kita juga bakalan bahas perbedaan ruang lingkup sejarah sebagai peristiwa dengan ruang lingkup yang lainnya!

Pengertian Sejarah Sebagai Peristiwa

Sejarah sebagai suatu peristiwa mengandung makna yang artinya mempelajari peristiwa yang telah terjadi di masa lalu. Gimana tuh mempelajarinya? Kalau, elo sebagai pelajar atau gue sebagai orang awam gini sih bisa mempelajarinya lewat sumber tertulis kayak buku dan jurnal gitu, ya. 

Sementara itu, ahli sejarah mempelajarinya selain melalui dokumen tertulis juga melalui komunikasi dengan pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Buat dapat sudut pandang lain, sejarawan juga meneliti objek kayak artefak, bangunan, dan lain sebagainya.

Kemudian yang jadi pertanyaan, apakah sembarang kejadian yang terjadi di masa lalu bisa dikatakan sebagai peristiwa sejarah? Misalkan nih, gue dulu pernah mendapatkan nilai ulangan harian terbaik pada mata pelajaran Sejarah. Gue belajar dengan sangat baik sehingga mendapatkan hasil nilai tertinggi di kelas.

pengertian-sejarah-sebagai-peristiwa
Apa itu contoh sejarah sebagai peristiwa? (Arsip Zenius)

Kejadian itu kan terjadi di masa lalu, tuh, kira-kira ini contoh sejarah sebagai peristiwa apa bukan? Nah, pertanyaan itulah yang mengantarkan kita ke penelusuran berikutnya, yakni tentang syarat sejarah sebagai peristiwa.

Syarat Sejarah Sebagai Peristiwa

Terdapat empat hal yang menjadi syarat sejarah dikatakan sebagai peristiwa. Peristiwa sejarah itu harus empiris, penting, unik, dan objektif. Kita bahas satu per satu, yuk!

Syarat yang pertama adalah empiris. Kalo elo buka KBBI nih ya, empiris artinya adalah suatu hal yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan yang diobservasi, diteliti, dan diamati. Jadi, maksud sejarah sebagai peristiwa yang empiris di sini berarti bahwa sejarah itu emang peristiwa di masa lalu yang beneran terjadi.

syarat-sejarah-sebagai-peristiwa
Syarat sejarah sebagai peristiwa adalah bersifat empiris (Arsip Zenius)

Contoh ulangan gue tadi gimana? Ya pernah terjadi, kan. Jadi, kejadian gue mendapatkan nilai ulangan harian terbaik ini empiris. Bedakan dengan kejadian misalnya Cinderella naik jelmaan kereta labu hasil sihir ibu peri. Kisah yang ini bukan suatu hal yang bisa dibuktikan secara empiris sehingga nggak termasuk ke dalam peristiwa sejarah. Kejadian Cinderella ini termasuk ke dalam cerita fiksi.

Tonton video belajar Zenius: Materi Apasih Bedanya Sejarah Fiksi Dan Mitos – Kelas 10 Sejarah Peminatan

Terus, apakah hasil nilai gue di masa lalu itu cukup dibilang sejarah karena udah empiris? Kita lihat dulu nih syarat yang lain.

Syarat kedua suatu peristiwa dikatakan sejarah adalah bersifat penting. Penting artinya dapat memberikan pengaruh luas. Ini memang relatif, sih. Suatu hal bisa jadi penting buat elo, tetapi buat orang lain bisa jadi nggak penting. Nah, dalam konteks sejarah yang kita omongin, penting di sini artinya memberikan pengaruh buat khalayak. Jadi, bukan penting untuk perorangan aja. Dengan kata lain, bukan penting buat elo atau gue doang.

pentingnya-syarat-sejarah-sebagai-peristiwa
Syarat sejarah sebagai peristiwa adalah bersifat penting (Arsip Zenius)

Perkara nilai ulangan tadi akhirnya jadi jelas, kan? Bisa aja hal itu penting buat gue. Gue juga boleh aja sih menjadikan itu peristiwa bersejarah buat gue secara pribadi. Akan tetapi, hasil ulangan gue nggak memberikan pengaruh untuk khalayak yang lebih besar sehingga belum cukup untuk dibilang sebagai sebuah peristiwa sejarah secara umum. 

Terus apa dong contoh sejarah sebagai peristiwa yang empiris dan penting untuk khalayak besar? Gue ambil contohnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ini beneran kejadian pada tanggal 17 Agustus 1945, kan? Kejadian ini penting bagi seluruh rakyat Indonesia karena menandakan kalau Indonesia sudah merdeka dari kolonialisme penjajah.

Baca juga: 4 Catatan Penting Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Syarat berikutnya adalah unik. Unik artinya suatu peristiwa sejarah nggak terjadi di tempat lain dengan sama persis. Kita ambil contoh lagi dari Proklamasi Kemerdekaan tadi, ya. Ini unik karena nggak ada peristiwa lain yang menyamai peristiwa ini. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ya cuman pada saat Bung Karno membacakan teks Proklamasi tersebut. 

Satu hal lagi deh untuk memperjelas keunikannya. Ketika gue ngomong Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yang ada di pikiran elo pun kemungkinan besar adalah gambar hitam putih di mana Bung Karno berdiri memegang naskah proklamasi membelakangi mikrofon kan, bukan peristiwa yang lain?

Syarat terakhir adalah objektif. Ruang lingkup sejarah sebagai peristiwa sejarah bersifat objektif karena harus disampaikan apa adanya, tanpa subjektivitas, dan nggak dibumbui kepentingan. 

Nah, kalo peristiwa proklamasi tadi, yaudah berarti fokus menceritakan apa yang terjadi, di mana terjadinya, kapan, siapa yang terlibat dan hal-hal berkaitan lain yang bisa dinilai secara objektif tanpa menghakimi apa yang terjadi dalam peristiwa tersebut.

Selanjutnya, kita beralih ke ciri-ciri sejarah sebagai peristiwa.

Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Peristiwa

Ciri-ciri sejarah sebagai peristiwa adalah abadi, penting, dan unik. Kita bahas satu-satu, ya.

Peristiwa sejarah disebut sebagai suatu peristiwa yang abadi karena peristiwa tersebut tidak berubah sehingga dapat selalu dikenang. Ciri selanjutnya adalah penting yakni memberikan suatu pengaruh bagi masyarakat luas. Ia biasanya menjadi tonggak atau awal dari suatu hal yang lebih besar. 

Ciri ketiga adalah unik. Dalam bahasa Jerman, padanan kata unik adalah einmalig. Nah, sejarah sebagai suatu peristiwa bersifat einmalig artinya suatu peristiwa sejarah merupakan satu-satunya peristiwa yang terjadi. Tidak ada kejadian lain yang benar-benar menyerupai peristiwa tersebut.

Segitu aja nih ciri-cirinya. Sekarang, kita lanjut ke perbedaan ruang lingkup sejarah sebagai peristiwa dan ruang lingkup lainnya, ya.

Perbedaan Ruang Lingkup Sejarah sebagai Peristiwa dengan Ruang Lingkup Sejarah yang Lainnya

Di paragraf paling awal tadi, gue udah menyinggung soal ruang lingkup sejarah yakni sejarah sebagai ilmu, peristiwa, kisah, dan seni. 

Yang pertama kita bahas adalah perbedaan lingkup sejarah sebagai peristiwa dan ilmu. Elo kan udah tau nih kalau sejarah sebagai peristiwa itu syaratnya harus bersifat empiris dan objektif. Nah, syarat ini melibatkan ruang lingkup lain yakni sejarah sebagai ilmu.

Baca juga: Ilmu Sejarah: Pengertian, Penjelasan dan Manfaat untuk Siswa

Sejarah sebagai ilmu artinya memperlakukan peristiwa sejarah sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bisa diuji. Lingkup ini murni melihat sejarah dari segi kebenaran atau kenyataannya dan nggak peduli soal keunikan atau seberapa berpengaruh suatu peristiwa sejarah itu. Jadi, di situ, ya, letak perbedaannya.

Yang kedua, perbedaan sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai kisah terletak pada objektivitas dan subjektivitasnya. Sejarah sebagai peristiwa umumnya bersifat objektif karena harus menerangkan peristiwa unik dan penting yang benar-benar terjadi, kan. 

Sementara itu, sejarah sebagai kisah dapat bersifat subjektif. Ini karena peristiwa sejarah yang dikisahkan dengan narasi bisa aja dibumbui dengan pesan-pesan tertentu sesuai yang ingin disampaikan oleh sejarawan atau penceritanya.

perbedaan-sejarah-sebagai-peristiwa-sebagai-seni
Perbedaan sejarah sebagai persitiwa dan sejarah sebagai seni (Arsip Zenius)

Yang ketiga adalah perbedaan antara sejarah sebagai peristiwa dan seni. Sejarah sebagai seni ini merupakan sejarah yang dikemas dalam bentuk seni kayak misalkan film dan buku. Elo pasti udah pernah kan nonton atau sekadar tahu film-film atau buku-buku bertema sejarah kayak misalkan film De Oost dan novel Bumi Manusia

Nah, tujuan sejarah sebagai seni ini bukan untuk menceritakan sejarah sebagaimana adanya, tapi menumbuhkan rasa penasaran tentang suatu peristiwa sejarah buat para audiensnya. 

Terutama buat orang awam, nih. Pasti ada deh, yang awalnya nggak tertarik sama suatu isu sejarah, jadi pengin kepoin lebih jauh setelah nonton dalam bentuk film.

Baca juga: Sejarah dan Sastra: Apa Hubungannya di Kehidupan Manusia?

Oke, di atas, kita udah membahas pengertian, syarat, ciri-ciri sejarah sebagai peristiwa hingga perbedaannya dengan ruang lingkup sejarah yang lain. Gimana, udah ngerti belum apa yang dimaksud dengan sejarah sebagai peristiwa? Untuk mengecek pemahaman elo lebih lanjut, coba kerjain contoh soal berikut, ya!

Contoh Soal

Sejarah sebagai peristiwa dapat dilihat dalam pernyataan di bawah ini, yaitu ….

  1. Peristiwa Rengasdengklok terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan.
  2. Soekarno dan Hatta merupakan dua tokoh yang patut dihormati atas perannya dalam kemerdekaan Indonesia.
  3. Dalam film Soekarno, kekaisaran Jepang mengizinkan pengibaran bendera merah putih dan lantunan “Indonesia Raya” untuk pertama kali di Pulau Jawa pada tahun 1944.
  4. Buku Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan menceritakan Tan Malaka dari berbagai sisi.
  5. Peringatan Proklamasi Kemerdekaan diadakan setiap tanggal 17 Agustus.

Pembahasan:

Contoh sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa Rengasdengklok yang terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan. Ini merupakan fakta empiris yang penting karena mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pilihan jawaban ini hanya menuliskan fakta mengenai peristiwa tersebut tanpa adanya subjektivitas atau unsur ruang lingkup sejarah yang lain. Sementara itu, pilihan jawaban lain tidak memenuhi syarat sejarah sebagai peristiwa. 

Maka dari itu jawaban yang tepat adalah a.

***

Nah, segitu dulu ya pembahasan tentang sejarah sebagai peristiwa. Semoga artikelnya bisa nambah pemahaman elo tentang ruang lingkup sejarah. Biar pemahaman elo makin cakep, elo juga  bisa nih langsung klik pembahasan materi sejarah sebagai peristiwa pada banner di bawah ini!

Apa yang Dimaksud dengan Sejarah Sebagai Peristiwa? - Pengertian, Ciri-ciri, Syarat dan Contoh 9

Nggak cuma sejarah, elo juga bisa mempelajari materi lainnya dengan berlangganan paket belajar Zenius. Klik aja banner di bawah ini untuk pengalaman belajar yang lebih seru!

SKU-BELI-PAKET-BLJR-1

Sejarah Sebagai Seni, Apa Maksudnya?

Sobat Zenius, kali ini gue mau membahas sejarah sebagai seni. Hmm… apa, sih, maksudnya? Nah, supaya kita sama-sama ngerti, kita mulai dari contoh di bawah, ya.

“Ada yang membunuh. Ada yang dibunuh. Ada peraturan. Ada undang-undang. Ada pembesar, polisi, dan militer. Hanya satu yang tidak ada: keadilan.”

Elo udah pernah baca atau dengar kutipan di atas?

Gimana dengan yang di bawah ini?

“Berlimpahnya penderitaan di negeri sendiri telah mengalahkan perasaan simpatimu terhadap apa yang terjadi di tempat jauh.”

Kutipan pertama merupakan salah satu kutipan yang cukup populer dari buku Larasati karya Pramoedya Ananta Toer. Sedangkan kutipan yang kedua diambil dari buku Max Havelaar karya Multatuli. Elo udah pernah baca dua buku tadi? Kalau belum, gue saranin elo baca keduanya, deh!

Baca juga:

8 Rekomendasi Buku Bacaan Buat Belajar Sejarah

Larasati maupun Max Havelaar merupakan contoh dari novel sejarah. Novel sejarah merupakan salah satu jenis karya sastra yang menceritakan masa lalu atau sejarah. Nah, novel-novel ini adalah contoh sejarah sebagai seni.

Novel sejarah tentunya beda dari buku-buku sejarah pada umumnya yang kita pake buat belajar di sekolah. Kenapa? Karena pada novel sejarah, penulisnya membutuhkan salah satu unsur penting, yaitu imajinasi.

Bentar, kok sejarah butuh imajinasi? Jadi, novel sejarah itu isinya fiksi aja? Nah, ayo kita  bahas sampai selesai, ya!

Sejarah sebagai seni
Memahami sejarah sebagai seni (Arsip Zenius)

Arti Sejarah Sebagai Seni

Sobat Zenius, elo pasti udah tahu kan kalau belajar sejarah itu penting banget? Sejarah yang merupakan serangkaian peristiwa masa lampau, ternyata punya pengaruh yang besar terhadap masa sekarang. Sejarawan asal Inggris, E. H. Carr, pernah mengatakan bahwa,

“Sejarah adalah suatu proses interaksi secara terus menerus yang dilakukan oleh sejarawan terhadap fakta yang pernah terjadi sebelumnya. Dari interaksi tersebut, ternyata muncul suatu urutan tertentu yang tidak pernah berhenti sebagai penghubung masa kini dengan masa lalu.”

Baca Juga:

Pola-Pola Sejarah dan Manfaat Mempelajarinya

Makanya, para sejarawan mencoba untuk memaparkan kembali berbagai peristiwa sejarah kepada kita melalui banyak cara, salah satunya melalui seni.

Kenapa seni? Karena seni mampu membuat kita merasakan langsung peristiwa yang diceritakan. Contohnya ketika elo baca buku yang menggambarkan peristiwa dan perasaan dengan detail. Buku-buku seperti itu pasti bisa menyentuh emosi elo, kan? Nah, hal ini yang ingin dikejar ketika kita membahas sejarah sebagai seni.

Jadi, intinya seni bisa digunakan sebagai medium oleh para sejarawan untuk merekonstruksi kembali peristiwa-peristiwa sejarah agar emosi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh kita.

Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Seni

Ketika para sejarawan ingin menggunakan seni sebagai medium, sejarawan nggak bisa hanya mengandalkan ilmu yang dimilikinya saja. Mereka juga harus memperhatikan beberapa unsur lain, seperti intuisi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa. Maksudnya gimana? Yok, bahas!

1. Intuisi

Sebelum melakukan penulisan ulang sejarah, sejarawan harus melakukan penelitian terlebih dahulu. Nah, pada saat penelitian berlangsung sejarawan menggunakan ilmu yang dimilikinya untuk memahami berbagai informasi yang ia dapatkan.

Akan tetapi, nggak jarang sejarawan merasa kesulitan, sehingga diperlukan intuisi dalam memahami informasi. Nah, kalau kayak gini rasanya sejarawan sudah mirip seperti seniman, bukan?

Ciri sejarah sebagai seni adalah imajinasi
Salah satu unsur sejarah sebagai seni adalah imajinasi (Arsip Zenius)

2. Imajinasi

Bagaimana bisa menceritakan sejarah dengan unsur imajinasi? Eits, imajinasi di sini bukan berarti fiksi atau yang nggak nyata. Imajinasi digunakan sejarawan untuk membayangkan peristiwa di masa lampau. Jadi, imajinasi yang digunakan para sejarawan tetap berdasarkan fakta-fakta yang telah ditemukan.

Misalnya aja ketika sejarawan menceritakan seorang priyayi pada awal abad 20, maka tetap dibutuhkan imajinasi untuk menggambarkan priyayi tersebut, namun penggambarannya tetap berdasarkan fakta-fakta yang telah ditemukan.

3. Emosi

Sobat Zenius, elo pernah dengar atau baca buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer? Atau elo pernah nonton film Habibie & Ainun?

Buku dan film roman sejarah seperti ini biasanya dibuat menggunakan unsur emosi untuk menyeimbangkan emosi penulis dengan objek yang ia teliti. Tujuannya, tentu agar pembaca dapat merasakan peristiwa yang sedang diceritakan.

4. Gaya Bahasa

Last, but not least. Sejarawan dituntut untuk menulis peristiwa sejarah dengan gaya bahasa yang nggak berbelit-belit, nggak membosankan, komunikatif, dan bisa dimengerti. Bakal bingung banget nggak sih kalau kita dengar atau baca novel sejarah dengan bahasa yang rumit?

Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Sejarah Sebagai Peristiwa?

Fungsi Sejarah Sebagai Seni

Oke, gue udah paham kalau sejarah bisa dituturkan melalui seni. Udah paham juga unsur dan ciri-cirinya, tapi sebenarnya apa sih fungsinya? Kenapa sejarah nggak langsung dituliskan apa adanya aja gitu? Kenapa harus ada seninya?

Nah, coba sekarang kita sama-sama bayangin. Kalau kita disuruh belajar tentang suatu peristiwa sejarah, mana yang lebih enak? Baca buku yang bahasanya kaku dan baku atau baca buku dan nonton film yang bisa bikin baper?

Kalau gue sih pasti milih yang kedua hehehe. Jadi, sebenarnya fungsi sejarah sebagai seni adalah supaya kita punya hasrat untuk mempelajari sejarah melalui rasa (taste). Emang sih dalam seni ada beberapa bagian yang fiksi atau dilebih-lebihkan. Tapi, ya itu fungsinya agar kita tertarik dan mau mengulik lebih dalam terkait peristiwa tersebut. 

Nah, kita bisa lihat ya kalau ternyata seni bisa menjadi medium untuk dua arah. Sejarawan bisa menyampaikan apa yang mereka ketahui dengan baik melalui seni, dan kita dapat paham atau bahkan tertarik dengan informasi sejarah yang disampaikan.

Contoh Sejarah Sebagai Seni

Dari tadi gue emang ngebahas sejarah sebagai seni sebatas dalam bentuk tulisan aja. Tapi nyatanya enggak gitu. Definisi seni itu luas banget, guys. Peristiwa sejarah pun dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, film, penampilan teater, bahkan tarian.

Kalau yang bentuknya karya tulis, gue udah nyinggung beberapa judul di atas, lah, ya. Elo bisa cari karya-karya lain dari sejarawan yang berhasil merekonstruksi sejarah dengan seni, seperti Pramoedya Ananta Toer, Kuntowijoyo, Ahmad Tohari, dan masih banyak lagi.

Kemudian untuk film, elo bisa menonton film Dunkirk, Lincoln, Habibie & Ainun, Gie, duh banyak banget!

Kalau sejarah yang diceritakan dalam bentuk tarian gimana? Nah, bagian itu gue tantang elo untuk menggali lebih dalam, ya! Coba cari juga dalam bentuk seni lainnya. Elo pasti kagum deh karena ternyata ada banyak banget seni dengan konteks peristiwa sejarah. Seru abis!

Baca Juga:

10 Film Biografi Sejarah yang Keren Banget

Penutup

Demikian pembahasan gue mengenai konsep sejarah sebagai seni. Eits, tapi sebelum gue tutup coba dong share di kolom komentar film, buku, atau karya seni tentang sejarah yang menarik untuk disimak sesama Sobat Zenius!

Sobat Zenius, elo juga bisa belajar materi ini melalui video pembelajaran, loh. Klik banner di bawah ini untuk bisa nonton video-video dan akses kumpulan soalnya, ya!

Sejarah sebagai Seni, Apa Maksudnya? - Materi Sejarah Kelas 10 17

Selain itu, Sobat Zenius juga bisa, lho, belajar mata pelajaran lainnya melalui video pembelajaran lewat paket belajar Aktiva Sekolah dari Zenius. Dengan paket belajar ini, elo berkesempatan ikut try out sekolah, sesi live class, serta mendapat akses rekaman dari live class tadi. Klik banner ini untuk informasi lebih lanjut, ya!

Penulis: Atha Hira Dewisman

Referensi:

Masruroh, L. (2020). Modul pembelajaran SMA sejarah kelas X: sejarah sebagai ilmu, peristiwa, kisah, dan seni.

Alian, A. (2012). Metodologi Sejarah dan Implementasi dalam Penelitian. Jurnal Pendidikan dan Kajian Sejarah (Criksetra), 2(2).

Homologi dan Analogi sebagai Bukti Evolusi Makhluk Hidup

“Primata itu nenek moyangnya manusia.”

Sobat Zenius! Kalian pernah dengar nggak pernyataan di atas. Kira-kira pernyataan tersebut munculnya dari mana, ya? 

Kalau kalian pernah dengar pernyataan itu, nama yang muncul dalam benak kalian pasti adalah “Darwin”. Yap, Charles Darwin adalah seorang ahli yang menggagas pernyataan itu. Ia menyatakannya dalam bukunya yang berjudul “The Descent Man”. 

Kalau udah sebut-sebut Darwin, pasti kalian paham arah bahasan gue ke mana. Kali ini gue akan membahas evolusi. Spesifiknya, gue akan membahas terkait salah satu bukti evolusi, yaitu homologi dan analogi organ

Dalam artikel ini, gue akan memberikan pengertian homologi, contoh homologi, hingga contoh soal untuk menguji pemahaman kalian. Makanya, elo baca artikel ini sampai selesai, ya!

Pengantar Bukti Evolusi

Sobat Zenius, kalian ingat ‘kan apa itu evolusi? Evolusi adalah proses perubahan yang terjadi secara bertahap pada sifat biologis organisme dari waktu ke waktu. Evolusi ini bisa terjadi melalui beberapa proses, salah satunya yang kita kenal adalah seleksi alam. 

Kalau bicara soal evolusi, elo akan mendengar beberapa nama, seperti Darwin, Cuvier, Lamarck, dan Weismann. Mereka ini adalah para ahli yang mengemukakan teori mereka masing-masing untuk menjelaskan apa itu evolusi dan bagaimana evolusi itu terjadi. Elo bisa tonton video ini kalau mau refresh dulu terkait mereka ya!

Nah, para ahli mengumpulkan berbagai macam bukti evolusi untuk meyakinkan kita kalau evolusi itu benar adanya. Bukti-bukti tersebut berasal dari pengamatan langsung, seleksi buatan, embriologi, homologi organ, catatan fosil, biogeografi, dan pola adaptasi. 

Baca Juga:

Evolusi Divergen dan Konvergen

bukti evolusi
Macam Bukti Evolusi (Arsip Zenius)

Homologi dan Analogi

Sobat Zenius! Coba kalian perhatikan gambar di bawah ini:

struktur homologi
Struktur Kaki Anjing dan Tangan Manusia (Arsip Zenius)

Kita tahu kalau fungsi dari tangan manusia dan kaki anjing berbeda. Tapi kalau dari gambar di atas, kenapa ada persamaan ya?

Nah, persamaan di atas merupakan persamaan struktur organ yang disebut juga sebagai homologi. Pada konsep homologi, suatu organ memiliki struktur yang sama, tetapi fungsi yang berbeda. 

Hal ini bisa kita lihat pada tangan manusia dan kaki anjing. Tangan manusia umumnya digunakan untuk memegang barang, sedangkan kaki anjing umumnya digunakan untuk berjalan. Terlepas dari perbedaannya, ternyata tangan manusia dan kaki anjing memiliki struktur organ yang sama.

Nah, sekarang coba kalian lihat gambar di bawah ini:

struktur analogi
Struktur Sayap Burung dan Serangga (Arsip Zenius)

Gambar di atas adalah gambar struktur sayap burung dan sayap serangga. Padahal sama-sama sayap, tapi kenapa beda, ya? 

Berkebalikan dengan homologi, kondisi organ yang memiliki struktur berbeda dan fungsi yang sama disebut sebagai analogi. Sesuai gambar di atas, kita tahu kalau fungsi sayap burung dan sayap serangga adalah untuk terbang. 

Namun, struktur keduanya berbeda karena sayap burung merupakan bentuk modifikasi dari organ tangan, sedangkan sayap belalang bukan merupakan bentuk modifikasi. 

Perbandingan Homologi dan Analogi

Nah, kira-kira kenapa homologi dan analogi ini bisa terjadi? Homologi dan analogi merupakan bentuk adaptasi makhluk hidup. Menurut Darwin, satu spesies dapat membentuk spesies lainnya karena kebutuhan beradaptasi agar spesies tersebut nggak gugur pada seleksi alam. 

Spesies yang memiliki struktur organ yang sama dapat memanfaatkan struktur tersebut untuk hal yang berbeda sesuai dengan kebutuhan adaptasinya sehingga struktur itu menjadi struktur homolog

Sementara itu, suatu kondisi ketika spesies memiliki kebutuhan adaptasi yang sama, tetapi memanfaatkan struktur organ yang berbeda maka struktur itu menjadi struktur analog

Dari konsep homologi dan analogi, kita juga dapat mengetahui kekerabatan dari suatu spesies. Beberapa spesies yang memiliki struktur homolog menunjukkan bahwa spesies tersebut memiliki nenek moyang atau kekerabatan yang dekat

Sebaliknya, beberapa spesies yang memiliki struktur analog menunjukkan bahwa spesies tersebut memiliki nenek moyang atau kekerabatan yang jauh

perbandingan homologi dan analogi
Tabel Perbandingan Homologi dan Analogi (Arsip Zenius)

Organ Vestigial

Nah, kalian pernah dengar nggak kalau manusia memiliki tulang ekor? Kenapa bisa ya? Padahal, manusia nggak punya ekor, ‘kan? Tulang ekor ini dapat menjadi salah satu petunjuk adanya evolusi yang disebut sebagai organ vestigial

Organ vestigial merupakan organ kecil atau organ nggak lengkap yang tidak memiliki fungsi tertentu. Menurut teori evolusi, organ ini dulunya memiliki fungsi tertentu, tetapi kebutuhan adaptasi membuat organ ini akhirnya menjadi nggak berfungsi lagi. 

Nah, gambar di bawah ini merupakan contoh-contoh organ vestigial yang umum kita ketahui. 

organ vestigial
Contoh Organ Vestigial (Arsip Zenius)

Contoh Soal

Setelah mengetahui konsep homologi dan analogi, gue akan kasih elo contoh soal supaya elo bisa lebih paham sama materi ini. 

Coba elo perhatikan gambar di bawah ini!

Homologi dan Analogi sebagai Bukti Evolusi - Materi Biologi Kelas 12 SMA 26

Hubungan kekerabatan yang dapat dilihat antara dua sayap tersebut adalah ….

a. kedua sayap memiliki fungsi untuk terbang, kekerabatan dekat

b. kedua sayap memiliki susunan humerus, radius, ulna, metakarpal, dan falanges, kekerabatan dekat

c. sayap burung merupakan perkembangan endoskeleton, sedangkan sayap kepik perkembangan eksoskeleton, kekerabatan jauh

d. sayap burung merupakan perkembangan eksoskeleton, sedangkan sayap kepik perkembangan endoskeleton, kekerabatan jauh

e. kedua spesies merupakan herbivor dan menggunakan sayap untuk berpindah tempat, kekerabatan dekat

Pembahasannya:

Nah, soal ini gampang banget! Kalau elo masih bingung dengan istilah-istilah lain yang ada di pilihan ganda, elo bisa fokus ke kata kunci “kekerabatan”. 

Ingat, meskipun sayap burung dan kepik memiliki fungsi yang sama, kedua sayap tersebut memiliki struktur yang berbeda alias struktur analog sehingga kekerabatan kedua spesies ini jauh

Nah, setelah elo eliminasi semua jawaban yang salah, elo perlu refresh pemahaman elo terkait istilah dalam struktur tubuh hewan dan serangga; endoskeleton dan eksoskeleton. 

Sayap pada burung merupakan perkembangan endoskeleton yang artinya susunan tulang berada di dalam tubuh burung. Sementara itu, sayap pada kepik merupakan perkembangan eksoskeleton yang artinya susunan tulang berada di luar tubuh kepik. Oleh karena itu, jawaban yang benar adalah C

Gimana? Kerjain soal tentang homologi dan analogi gampang, ‘kan? Atau elo butuh contoh soal homologi dan analogi yang lebih menantang? Tenang ada kok. Elo tinggal download aplikasi Zenius di hp elo untuk dapetin soal-soal dan video pembahasannya sekalian.

Elo juga bisa klik banner di bawah ini untuk belajar materi bukti evolusi atau materi biologi lainnya. Tinggal klik banner dan ketik materi yang diinginkan di kolom pencarian ya.

Homologi dan Analogi sebagai Bukti Evolusi - Materi Biologi Kelas 12 SMA 27

Nah, supaya pemahaman elo makin dalam, ikuti terus review materi dan kerjakan berbagai latihan soal di Zenius, yuk. Ada berbagai paket yang bisa elo beli sesuai kebutuhan elo. Klik banner di bawah ini untuk info selengkapnya!

Langganan Zenius

Pembahasan gue tentang materi homologi dan analogi kelas 12 sampai sini dulu ya! Kalau elo ada pertanyaan, bisa langsung tulis di kolom komentar. 

Sampai bertemu di artikel selanjutnya. Semangat terus ya, Sobat Zenius!

Penulis: Trisnajaya Shalsabila

Referensi:

Ferdinand, F., & Ariebowo, M. (2009). Praktis Belajar Biologi Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen pendidikan Nasional.

Firmansyah, R. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Biologi 3: untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.