Siapakah Orang Asli Pribumi Indonesia?

Benarkah suku yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Melanesia? Pertanyaan ini mungkin masih tertanam di dalam kepala para Sobat Zenius. Supaya nggak penasaran lagi, gue mau membahas asal-usul pribumi Indonesia dimulai dari manusia pendatang pertama 1,5 juta tahun yang lalu.

Dalam konteks sosial masyarakat Indonesia modern, seringkali kita jumpai istilah “pribumi” yang biasanya mengacu pada identitas orang asli di daerah tertentu.

Sebenarnya apa itu pribumi? Pribumi adalah penduduk asli suatu wilayah yang telah membangun kebudayaan dengan status asli sebagai kelompok etnis dan bukan datang dari daerah lain.

Memang, secara umum kita mengenal klasifikasi umum etnis kesukuan lokal Indonesia, misalnya orang Batak itu di Sumatera Utara, orang Sunda itu di Banten dan Jawa Barat, orang Minang di Sumatera Barat, orang Bugis di Sulawesi Selatan, orang Dayak di Kalimantan Tengah dan Barat, dan lain sebagainya. 

Namun, di sisi lain, istilah “pribumi” ini sendiri juga kerap digunakan sebagai pembeda antar golongan masyarakat yang dianggap sebagai orang/suku/etnis asli Indonesia dengan mereka yang dianggap sebagai “kaum pendatang”.

pribumi indonesia
Ilustrasi peta Indonesia (Dok. nationsonline.org)

Dikotomi antara istilah ‘pribumi’ dan ‘pendatang’ ini menjadi polemik tersendiri dalam konteks sosial bermasyarakat di Indonesia. 

Akan tetapi, pernah nggak, sih, elo berpikir siapa suku asli yang menduduki Indonesia? Apakah memang orang Jawa itu orang asli pribumi daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur? Sejak kapan saudara kita orang Jawa yang medok itu tinggal di Pulau Jawa?

Mungkin, kalau kita bertanya pada orangtua atau guru, jawabannya cuman ‘sudah dari sono-nya’. Tapi apakah kita puas dengan jawaban semacam itu?

Nah, dalam kesempatan ini, gue mau mengupas pertanyaan “Siapa pribumi Indonesia yang asli” dengan tinjauan sejarah. Dari mulai sejak kelompok manusia pribumi pertama yang datang ke Indonesia, hingga kelompok-kelompok berikutnya. 

Dalam artikel ini, gue mau menjelaskan siapa orang pertama yang tinggal di Indonesia, dan siapakah yang sebetulnya ‘hanya’ kaum pendatang.

Supaya mudah untuk dipahami oleh Sobat Zenius, gue mau memaparkan urutan suku tertua di Indonesia dan menjelaskannya satu per satu. Yuk, kita mulai cerita sejarahnya!

Kedatangan 1: Homo erectus

Jauh sebelum manusia modern (homo sapiens) datang ke Indonesia, bangsa tertua yang datang dan menghuni Nusantara adalah Homo erectus yang melakukan migrasi panjang dari Afrika sekitar 1,8 juta tahun yang lalu.

Kenapa gue bahas kok jauh banget sampai ke Homo erectus segala? Karena bisa dibilang, Homo erectus inilah penduduk yang paling lama tinggal tanah Nusantara ini yaitu sekitar 1,5 – 1,7 juta tahun!

pribumi indonesia
Ilustrasi tengkorang homo erectus, cikal bakal pribumi Indonesia (Dok pixabay.com)

Migrasi panjang Homo erectus dari Afrika ke berbagai penjuru dunia memang cukup fenomenal dan sedikit banyak masih keberadaan mereka membentuk ekosistem yang kita kenal sekarang ini.

Dari sekian banyak kelompok Homo erectus yang terpencar menuju Eropa, Asia Tengah, India, ada beberapa yang mencoba “nekat” nyusurin garis pantai selatan sampe ke Nusa Tenggara Timur, tepatnya Pulau Flores.

Mungkin ada sebagian yang bingung, gimana caranya erectus bisa menyeberangi laut? Perlu diingat bahwa garis batas daratan dan lautan yang kita kenal sebagai peta dunia modern sekarang itu berbeda dengan keadaan bumi 1-2 juta tahun yang lalu.

Sekitar 1-2 juta tahun yang lalu, Pulau Jawa, Sumatera, dll itu belum terpisah alias masih menyatu. Jadi, 1,8 juta tahun yang lalu homo erectus bisa jalan kaki dari Vietnam sampai ke Bali tanpa menyeberangi laut.

Homo Erectus ini kemudian beranak pinak dan nyebar ke seluruh Paparan Sunda (Sunda Shelf) termasuk beberapa di antaranya yang nyeberang laut sampai Flores. 

Jadi, bisa dibayangkan bahwa Homo Erectus ini udah “ngacak-ngacak” kepulauan Nusantara kita selama 1,5 juta tahun dengan berburu, membuat api, membentuk kelompok-kelompok, berperang, dan lain sebagainya sampai akhirnya punah kira-kira 100.000 tahun yang lalu.

Kedatangan 2: Homo Sapiens Gelombang Pertama (Melanesia)

Sama seperti erectus, Homo sapiens atau manusia modern yang jadi cikal bakal pribumi Indonesia dan juga berasal dari Afrika dan melakukan migrasi besar-besaran ke seluruh penjuru dunia dalam dua gelombang migrasi. 

Gelombang pertama berlangsung kira-kira 100 ribu tahun yang lalu, sedangkan gelombang kedua berlangsung kira-kira 50-70 ribu tahun yang lalu. 

Gelombang pertama keluar dari Afrika lewat selat kecil yang misahin Ethiopia dan Yaman, terus lanjut ke India bagian selatan, menyusuri pantai lanjut ke Paparan Sunda sampai ada yang menyebrang dengan perahu ke Paparan Sahul (Papua, Australia).

Siapakah Orang Asli Pribumi Indonesia? 42
Ilustrasi Pemetaan Asia Tenggara-Australia ketika ice age dipisahkan menjadi Paparan Sunda (Sunda Shelf) dengan paparan Sahul (Sahul Shelf) (Dok. alchetron.com)

Suku bangsa yang pertama kali datang ke Indonesia ini berciri Melanosoid (seperti ciri orang Papua dan Aborigin). Dalam periode waktu migrasi ini, daerah kepulauan Nusantara tetap tersambung tapi bukan karena faktor tektonik, melainkan karena pada masa itu, bumi ini sedang menjalani masa zaman es (ice age) yang menyebabkan sebagian permukaan laut menyatu menjadi daratan es. 

Manusia modern gelombang pertama ini akhirnya menempati Nusantara sampai zaman es berakhir (es mencair menjadi lautan yang memisahkan pulau), sehingga terbentuklah Kepulauan Nusantara seperti yang kita kenal sekarang.

Kehadiran dari para petualang awal ini masih bisa kita lihat pada peradaban manusia modern yang lebih akrab kita kenal dengan kebudayaan berciri Melanesia atau golongan etnis Negrito. Beberapa di antaranya adalah:

  • Suku Sentinel, Onge, Jarawa di Kepulauan Andaman,
  • Suku Asli, Semang, Sakai di Malaysia,
  • Suku Mani di Thailand,
  • Suku Aeta, Agta, Ati di Filipina.
  • Suku Dani, Bauzi, Asmat, Amungme di Indonesia & Papua Nugini
  • Suku Aborigin Australia dan Tasmania

Dari persebaran ini, diduga kuat bahwa hampir seluruh daerah Paparan Sunda dan Sahul (mencakup seluruh wilayah Indonesia) sempat dihuni oleh orang-orang berciri Melanosoid.

pribumi indonesia
Ilustrasi contoh etnis Melanesia, pribumi Indonesia, yang tersebar di daerah Indonesia Timur, Papua Nugini, Kep. Salomon, maupun Australia (Dok. westmelanesia.com)

Kehidupan orang Melanesia berawal dengan budaya berburu dan mengumpulkan makanan (hunter & gatherer) yang kemudian sebagian besar (kecuali Aborigin Australia) mulai mengenal pertanian, perkebunan, dan peternakan dalam skala kecil. 

Sayangnya, kebudayaan agrikultur ini tidak berkembang dengan skala luas karena kecenderungan masyarakat Melanesia yang berjumlah kecil dan terpisah jauh dengan suku tetangga lain. 

Hal ini juga yang menyebabkan orang Melanesia bisa hidup tanpa perlu mengembangkan pertanian dan peternakan dalam skala besar, dan juga tidak ada desakan lingkungan untuk membentuk struktur kemasyarakatan yang kompleks dan sistematis.

Terlepas dari itu, sebetulnya kalau ditanya siapakah orang pribumi Indonesia pertama yang menempati Kepulauan Nusantara? Jawabannya jelas adalah orang-orang Melanesia. 

Mereka bahkan diduga kuat sebagai penyebab hilangnya Homo erectus di Paparan Sunda (entah dengan cara pembunuhan maupun perkawinan). Serunya lagi, para arkeolog dan paleontolog juga menduga bahwa manusia modern berciri Melanosoid ini diduga kuat pernah hidup bersama satu pulau dengan human-species lain yang merupakan keturunan dari Homo erectus yaitu Homo floresiensis di Kepulauan Flores.

Tapi, kok, kenapa suku pribumi Indonesia pertama ini cuma tersisa di pedalaman Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya? Kenapa tidak terus membangun budaya di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan? 

Sampai saat ini para ahli sejarah belum menemukan jawaban yang pasti. Namun, dugaan terkuat hilangnya komunitas Melanesia di wilayah barat Indonesia adalah diakibatkan karena kedatangan rombongan manusia modern gelombang berikutnya dalam jumlah besar, yang dateng dengan make perahu-perahu kecil mereka yang terbilang cukup canggih untuk ukuran waktu itu.

Nothing lasts forever di dunia ini.

Jadi, bisa dibilang bahwa bangsa tertua yang datang dan menghuni Nusantara adalah Melanesia.

Kedatangan 3: Homo Sapiens (Melayu – Austronesia)

Siapakah Orang Asli Pribumi Indonesia? 43
Ilustrasi homo sapiens, cikal bakal pribumi Indonesia (Dok. nhm.ac.uk)

“Suatu sore di pesisir pantai yang tenang di utara Pulau Borneo, 5200 tahun yang lalu, ada dua orang pemuda Melanesia Alkawari dan Anatjari yang lagi nyari kerang untuk dimakan sekaligus cangkangnya dibikin jadi perhiasan buat calon-calon bini mereka di kampung.

Tiba-tiba Anatjari bengong mematung sambil ngeliat cakrawala. Alkawari nanya dengan suara pelan sambil ngibas-ngibasin tangan di depan muka temennya itu, “Dahaka?” (ada apaan sih men?), yang hanya dibalas dengan tunjukan jari Anatjari ke ufuk utara. Alkawari memincingkan mata karena susah ngeliat hal yang dimaksud. 

Setelah menunggu beberapa menit, benda yang dimaksud pun semakin keliatan jelas. Ternyata benda itu adalah belasan kano bercadik dua yang mengapung di laut, bermuatan 4-10 orang khas bangsa Austronesia. Semenjak itu, tidak ada yang tau nasib Alkawari, Anatjari, calon-calon bini mereka, dan kampung mereka. Sebab sore itu, Nusantara kedatangan lagi bangsa yang akan menyebut daerah ini sebagai rumah mereka.”

Paragraf di atas itu sebetulnya cuma fiksi karangan gue doang untuk mengilustrasikan kedatangan gelombang kedua Homo sapiens ke Bumi Nusantara ini yaitu kelompok Melayu-Austronesia.

Rumpun Austronesia ini merupakan rumpun yang sangat besar, mencakup suku Melayu, Formosan (Taiwan), Polynesia (Hawaii, Selandia Baru, dan sebagainya).

Muka bulat, idung lebar, rambut item tebal sedikit bergelombang, dan kulit kecoklatan, merupakan ciri-ciri bersama satu rumpun Austronesia ini.

Suku pribumi Indonesia ini datang nggak cuma modal nekat, tapi juga membawa serta “amunisi” mereka berupa hewan ternak seperti ayam, babi, dan bibit padi, dan lain-lain.

Kebiasaan mereka dalam menanam padi menimbulkan kebutuhan akan adanya lahan pertanian yang luas serta teknologi irigasi yang “canggih”. 

Salah satu sisa budaya asli Austronesia yang masih bisa elo liat sekarang adalah sistem irigasi menggunakan sengkedan (terasering).

Berbekal kepiawaian dalam berlayar menggunakan teknologi maritim supercanggih saat itu (kano bercadik dua yang sangat stabil walaupun diguncang badai dan ombak) serta sistem pertanian yang efektif, tinggal tunggu waktu aja deh sampe seluruh Nusantara ini bisa dijelajah dan dikuasai oleh rumpun Melayu Austronesia.

Dalam masa peralihan dari melanesia menuju austronesia, sampai jaman setelah masyarakat Nusantara mengenal tulisan, udah ga ada lagi tuh jejak-jejak kebudayaan maupun ciri fisik masyarakat Melanesia di pulau-pulau bagian barat Nusantara (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Lombok).

Sedangkan di kepulauan Nusantara bagian timur, kita masih bisa melihat jejak hasil pertukaran budaya dan juga gen Melanesia pada masyarakat Kepulauan Maluku, Papua bagian pesisir, dan Kepulauan NTT.

Dari segi morfologis, masyarakat yang berasal dari Indonesia timur merupakan campuran antara rumpun Austronesia (muka bulat, hidung lebar) dan rumpun Melanesia (rambut ikal atau malah keriting kecil, kulit lebih gelap).

Melanesia “asli”-nya sendiri pada ke mana? Mereka yang tersisa di Kepulauan Nusantara hanyalah mereka yang berhasil menetap tanpa gangguan di pedalaman Papua, dan masih setia dengan kebijaksanaan lokal mereka seperti berkebun dalam skala kecil, berburu binatang, dan hidup dalam masyarakat kesukuan.

Orang-orang Melayu yang dateng ke Nusantara juga secara umum bisa dibagi dua:

  1. Melayu yang mager (males gerak)
  2. Melayu yang ga bisa diam.

Melayu-melayu mager ini bukannya berarti orangnya males, tapi emang udah berhasil menciptakan masyarakat yang stabil sehingga sudah tidak diperlukan lagi mobilisasi penduduk.

Keturunan Melayu golongan pertama ini bisa kita liat pada suku Nias di Pulau Nias dan suku Dayak di pedalaman Kalimantan, yang juga biasa disebut sebagai “Proto Melayu” (Proto = purwa/primitif).

pribumi indonesia
Ilustrasi suku dayak, salah satu pribumi Indonesia yang merepresentasikan Proto Melayu (Dok. kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Sedangkan di sisi lain, ada golongan Melayu yang karena alasan tertentu (misalnya: kondisi geografis, iklim, bencana, dan lain-lain) merasa perlu untuk terus berpindah tempat sekaligus berinteraksi dengan kelompok lain di sekitarnya, sehingga memungkinkan adanya percampuran budaya, bahasa, serta gen.

Suku tersebut biasanya dinamakan dengan Deutro Melayu (Deutro = Berulang/ulangan).

Suku yang merupakan keturunan asli bangsa Deutro Melayu adalah suku Minangkabau, Jawa, Banjar, Bugis, Makassar, Bali, Lombok, Batak, Aceh, Madura, Minahasa, dan puluhan suku-suku lain yang kita kenal di Indonesia.

Jadi, bedanya apa sih antara Proto dan Deutero Melayu? Bedanya ya cuma yang Proto itu menetap di tempat terpencil sehingga menyulitkan terjadinya percampuran gen yang lebih variatif, sedangkan Deutero menetap di tempat yang memungkinkan untuk terjadinya percampuran gen.

Jadi, proto dan deutro itu nggak menggambarkan siapa yang duluan datang ya, tapi cuma yang satu netap, yang satu lagi pindah-pindah dan membaur. Gitu coy

Salah satu pribumi Indonesia, bangsa Melayu dapat dikatakan sangat nyaman tinggal di Kepulauan Nusantara. Mereka beranak-pinak dan ujung-ujungnya bikin beragam peradaban dan kebudayaan-kebudayaan yang masih bisa kita nikmatin sampe sekarang.

Bangunan rumah panggung atap rumbia, tarian, baju daerah yang warna-warni, wajah dan badan yang dibubuhin tato, bahkan bahasa-bahasanya, masih bercirikan Austronesia.

Nggak cuma yang ada di Indonesia ataupun Malaysia doang, kebudayaan serupa juga bisa elo temuin di orang Maori (Selandia Baru), Rapa Nui (Pulau Paskah), orang Asli Taiwan, Madagaskar, dan pelosok-pelosok Austronesia lainnya.

Akan tetapi, sama seperti sebelumnya, stabilitas yang sebelumnya terbangun pasti akan menghadapi tantangan baru, perubahan selalu terjadi.

Kedatangan 4: Sino-Tibetan, Dravidian, dan Etnis Semitic

pribumi indonesia
Ilustrasi orang India (Dok. piqsels.com)

Dalam periode kurang lebih seribu tahun setelah kedatangan etnis Melayu di Nusantara, peradaban dan kebudayaan Austronesia berkembang semakin kompleks dan mulai melakukan interaksi perdagangan dengan kebudayaan lainnya, termasuk transaksi logam hasil kebudayaan Dong Son di Vietnam.

Transaksi logam dengan peradaban yang jauh di