Pengertian, Dampak, dan Cara Mengatasi Cultural Lag

Apa yang dimaksud dengan ketertinggalan budaya atau cultural lag? Apakah istilah tersebut sama dengan cultural shock? Yuk, temukan jawabannya di sini!

Elo pernah main game, kan? Gimana rasanya waktu lagi asik main, tiba-tiba HP atau laptop elo nge-lag? Gue pernah, nih, lagi asik main Flappy Dragon, tiba-tiba tablet gue nge-lag. Ingin marah, deh, rasanya.

Atau gini, deh, beberapa orang tua itu sekarang udah punya HP canggih seperti anak-anak muda. Sering kali, mereka kebingungan mengoperasikan sesuatu, terus mereka bertanya ke anaknya. “Nak, tadi mamah pencet ini, tapi berubah tampilannya, mamah jadi bingung gimana cara balikinnya. Bantuin dong, tolong!”

Atau yang lebih mainstream seperti ini, “Kak, Ibu nggak mau vaksin, ah, nanti takut si adik kena hepatitis akut, noh Ibu dapet infonya di WA. Katanya bayi yang kena hepatitis akut gara-gara ibunya vaksin Covid-19”. Hmm, percaya aja sama hoax, nih, si Ibu.

Nah, dari beberapa contoh di atas, terbukti bahwa nggak semua orang ketika ada budaya baru, mereka akan langsung mengikuti. Ada yang telat-telat dikit, bahkan sama sekali nggak mau menerima budaya baru tersebut. Nanti gue jelaskan di poin-poin pembahasannya, ya. Kalau elo tipe orang yang mana, nih? Tipe orang yang upgrade banget, santai, atau telat banget?

Khusus untuk orang atau sesuatu hal yang telat banget terhadap perubahan budaya itu ada istilahnya sendiri, lho. Istilahnya adalah cultural lag. Sama kayak HP ya, ada lag gitu.

Apa Itu Cultural Lag?

Untuk mendefinisikan istilah yang satu ini, gue mau pakai penjelasan dari William Fielding Ogburn (1886-1959) langsung, deh. Ogburn sendiri merupakan sosiolog asal Amerika yang pertama kali memperkenalkan konsep cultural lag atau ketertinggalan budaya dalam proses perubahan sosial. Ia menuliskan konsep tersebut dalam buku Social Change yang diterbitkan tahun 1922.

Menurutnya, perubahan budaya itu dibagi menjadi dua, yaitu material culture dan non material culture. Untuk material culture atau kebudayaan material itu yang terlihat, misalnya teknologi. Sedangkan, non material culture atau kebudayaan non material itu yang nggak terlihat, misalnya ide, pola pikir, nilai, keyakinan, dan norma.

Nah, ketertinggalan budaya ini masuk dalam perubahan yang kedua, guys, yaitu kebudayaan non material. Ciri-ciri cultural lag adalah kurangnya informasi mengenai perubahan, sulit beradaptasi, dan cenderung tertutup terhadap perubahan.

Misalnya gini, dalam hal teknologi, Sheldon memiliki pengetahuan dan kemampuan yang rata-rata , dia itu nggak kudet-kudet amat. Misalnya, Sheldon sehari-hari menggunakan produk HP terbaru.

Tetapi, meskipun punya HP terbaru, Sheldon belum tahu bagaimana cara menggunakan barang elektronik tersebut secara tepat. Akibatnya, dia sering percaya dengan  hoax yang tersebar di  internet.

Jadi, pengertian cultural lag adalah fenomena masyarakat di mana kebudayaan material berkembang lebih cepat dibandingkan kebudayaan non material.

Perbedaan Cultural Shock dan Cultural Lag

Elo pernah dengar tentang culture shock juga, kan? Apakah culture shock dan culture lag adalah istilah yang sama? Tentu saja berbeda, bestie.

Cultural shock merupakan fenomena di mana seseorang merasa kaget ketika menghadapi unsur-unsur kebudayaan baru karena perubahan.

Contohnya ketika ada orang Amerika yang liburan ke Indonesia. Ketika mereka melihat orang Indonesia makan pakai tangan, mereka kaget. Karena, budaya mereka itu makan pakai sendok dan garpu.

Ilustrasi orang Amerika yang mengalami cultural shock.
Karena hal yang baru bagi orang asing, tentu saja hal itu membuatnya shock. (Arsip Zenius)

Contoh lainnya ketika elo merantau ke Jakarta. Di tempat elo, sapaan yang umum itu menggunakan “aku-kamu”, memanggil orang yang lebih tua juga menggunakan “kakak, bang, atau mas”. Nah, ketika elo di Jakarta, elo kaget ketika mendengar orang yang lebih muda hanya memanggil  nama ke orang yang lebih tua. Sapaannya juga bukan “aku-kamu” lagi, melainkan menggunakan “elo-gue”.

Baca Juga: Perubahan Sosial

Penyebab Culture Lag

Nah, segala sesuatu itu ada penyebabnya. Penyebab timbulnya ketertinggalan budaya adalah budaya material seperti ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat, namun beberapa masyarakat cenderung menolak perkembangan tersebut. Dengan kata lain, mereka sulit beradaptasi.

1. Kurangnya Pengetahuan dan Daya Pikir Masyarakat

Bisa jadi, mereka yang mengalami ketertinggalan budaya kurang pengetahuan terhadap adanya budaya baru. Sehingga, mereka kesulitan untuk memahami perkembangan tersebut secara baik.

Kita balik lagi ke contoh Sheldon. Ia udah punya HP model terkini, dan sudah menggunakan internet setiap hari. Namun, Sheldon masih sering termakan hoax. Itu terjadi karena Sheldon kurang pengetahuan tentang berita tersebut. Ia juga nggak berpikir untuk membaca banyak  berita yang beredar secara kritis, yang membuat dia akhirnya percaya-percaya saja, sama berita yang dibacanya.

2. Kurangnya Kontak dengan Budaya Lain

Terlalu terpaku hanya pada satu budaya sehingga menutup diri dari budaya lain juga  membawa dampak yang negatif, guys. . Ketika masyarakat cenderung tertutup dan tidak mau bergaul dengan mereka yang berasal dari budaya lain, atau nggak ada akses untuk bergaul, maka mereka akan kesulitan untuk terhubung dengan budaya di luar mereka. 

Sehingga, ketika ada budaya baru, mereka cenderung lambat untuk memahaminya. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk  mempelajari kebudayaan lain untuk menambah pengetahuan dan membuat pikiran kita terbuka terhadap perkembangan.

3. Heterogenitas Masyarakat Tinggi

Masyarakat yang heterogen atau beragam diharapkan lebih mampu untuk menerima atau beradaptasi dengan perubahan sosial dan budaya. Sayangnya, heterogenitas menyebabkan ada beberapa kelompok yang cepat menerima perubahan, ada juga yang terlambat menerima perubahan. 

Elo bayangkan, aja, Indonesia itu punya banyak suku, bahasa, dan budaya. Dari keragaman tersebut, tentu masyarakat dari daerah A dan B memiliki perbedaan. Termasuk perbedaan pola pikir. Heterogenitas itulah yang membuat adanya culture lag, ada yang cepat menerima, dan ada yang lambat menerima perubahan budaya.

Baca Juga: Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Masyarakat

Dampak Cultural Lag

Adanya perubahan dalam masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kebudayaan seringkali memiliki dampak. Dampak cultural lag adalah menimbulkan kejutan sosial dengan pola-pola pemikiran baru, perbuatan atau tindakan baru, hingga menciptakan kebiasaan yang baru.

Hal tersebut bisa menimbulkan berbagai macam konflik, khususnya yang berbenturan dengan nilai-nilai tradisional. Mereka yang memiliki pandangan yang lebih tradisionalis misalnya, menginginkan agar budayanya cenderung tetap sama dengan yang dimiliki oleh nenek moyang mereka. Sementara, kelompok lain yang memiliki pandangan yang lebih progresif, menginginkan agar budayanya bisa berubah mengikuti perkembangan zaman. 

Baca Juga: Masalah dan Konflik Masyarakat Multikultural

Cara Mengatasi Cultural Lag

Nah, bagaimana cara agar tidak terjadi cultural lag? Pada dasarnya, akan sulit untuk mengatasi ketertinggalan budaya. Misalnya, ketika  ada teknologi baru berupa motor, beberapa masyarakat langsung menerima hal itu dengan pikiran mempermudah pekerjaan, bisa serba cepat bepergian ke mana-mana.

Namun, pihak lainnya berpikir risiko. Kalau naik motor, memang perjalanan bisa lebih cepat, tapi resikonya lebih besar, bisa cedera lebih parah dibandingkan hanya berjalan kaki atau naik sepeda.

Cara mengatasi cultural lag tentu saja dengan kecerdasan itu sendiri. Kecerdasan manusia itulah yang akan berusaha untuk menemukan cara melakukan sesuatu dengan lebih cepat dan mudah.

Orang lain memang bisa membantu masyarakat yang mengalami fenomena ketertinggalan budaya. Misalnya dengan melakukan pemberdayaan, sosialisasi terhadap perubahan, mempermudah akses pendidikan, dan melakukan pembangunan.

Intinya, untuk mengatasi fenomena ini, perlu dilakukan seimbang antara material culture dan non material culture-nya. Kalau materialnya lebih cepat dibandingkan non material, maka akibatnya akan terjadi culture lag.

Gimana guys, elo sudah cukup paham belum dengan uraian di atas? Nah, untuk lebih lengkapnya, elo  juga bisa mempelajari materi di atas dengan nonton video belajar Zenius dengan klik banner di bawah ini!

CTA link belajar Sosiologi

Contoh Soal Cultural Lag dan Pembahasannya

Kalau elo udah paham dengan materi di atas dan ingin menguji kemampuan elo, coba kerjakan contoh soal di bawah ini, yuk!

Contoh Soal 1

Adanya keterlambatan budaya di mana budaya material berkembang lebih cepat dibanding budaya non materialnya disebut….

A. Cultural shock.

B. Cultural lag.

C. Budaya populer.

D. Budaya timur.

E. Budaya barat.

Jawab: B. Cultural lag.

Pembahasan:

Culture lag merupakan salah satu dampak dari perubahan sosial. Fenomena ini ditandai dengan keterlambatan budaya pada aspek material yang berkembang lebih cepat dibandingkan dengan budaya non materialnya.

Contoh Soal 2

Di bawah ini yang merupakan pernyataan dari contoh culture lag adalah….

A. Indah berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dengan Imron.

B. Badru mengalami penyesuaian perilaku ketika berada di lingkungan baru.

C. Sheldon merokok di ruangan AC.

D. Kenaikan harga BBM membuat sejumlah harga sembako ikut naik.

E. Kerusuhan yang terjadi di masyarakat.

Jawab: C. Sheldon merokok di ruangan AC.

Pembahasan:

Contoh fenomena cultural lag adalah Sheldon yang merokok di ruangan AC. Karena, budaya material berupa AC udah cepat berkembang. Namun, pengetahuan Sheldon untuk nggak merokok di ruangan ber-AC belum ia miliki.

*****

Oke, gue rasa cukup sampai sini dulu pembahasan kita kali ini mengenai cultural lag atau ketertinggalan budaya. Nah, buat elo yang punya insight lain mengenai uraian gue di atas, bisa banget sampaikan pendapat elo di kolom komentar, ya. Oh iya, berhubung elo udah kelas 12, gue mau info kalau elo bisa nyobain soal-soal try out yang mirip banget sama UTBK! Klik link di bawah ini, ya.

Try Out Bareng Zenius

Referensi:

Cultural Lag – LibreTexts (2021).

William Fielding Ogburn – Britannica (2022).

Cultural Lag dalam Program Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online Sistem Zonasi Tahun 2018 di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sukoharjo – Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Antropologi (2019).

Effect of Cultural Lag – ThoughtCo (2019).

Kajian Cultural Lag dalam Kehidupan Masyarakat Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan pada Era Globalisasi – Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan (2018).

Pengertian, Jenis, dan Cara Mengatasi Pengangguran

Halo Sobat Zenius!

Bagaimana kabar kalian? Semoga dalam keadaan sehat ya.

Di artikel ini gue ingin membahas sebuah materi yang menarik banget buat kita bahas, entah itu di lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial, yup pengangguran. 

Pengangguran seringkali dianggap sebagai sumber dari segala masalah terutama kriminal,sebab tidak adanya pemasukan untuk memenuhi kebutuhan seseorang terkadang mendorong orang melakukan kejahatan.

Hmm, bahaya juga ya dampak pengangguran terhadap lingkungan kita. Untuk tahu lebih dalam soal pengangguran, yuk kita bahas materi ini mulai dari pengertian, jenis, dan cara mengatasi pengangguran.

Pengertian Pengangguran

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk seseorang yang sudah memasuki angkatan kerja, yaitu berumur 15-64 tahun yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, sedang menunggu proyek selanjutnya, sudah menerima pekerjaan namun belum mulai bekerja atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. 

Pengangguran biasanya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang menyerapnya.

Jenis-jenis Pengangguran

Pengangguran sendiri memiliki banyak jenis loh Sobat Zenius. Kita bisa membedakan pengangguran berdasarkan penyebab dan sifatnya. Okee langsung aja kita bahas!

Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya

  1. Pengangguran Struktural, terjadi ketika para tenaga kerja tidak dapat mengikuti keterampilan yang diminta karena adanya perubahan struktur ekonomi suatu negara. Contohnya dari struktur pertanian berubah ke industri atau ke niaga. Sehingga tenaga kerja di bidang petani tidak bisa bekerja karena keterbatasan kemampuan.
  2. Pengangguran Konjungtur, pengangguran yang terkena dampak perubahan dalam perekonomian, utamanya adalah dampak dari permintaan-penawaran terhadap suatu barang. Contohnya ketika terjadi resesi yang menyebabkan pemberi kerja memutuskan hubungan kerja kepada pekerjanya.
  3. Pengangguran Friksional, terjadi karena adanya sebuah kesulitan mempertemukan pencari kerja dengan lowongan pekerjaan atau kesenjangan antara pencari kerja dan lowongan kerja. Kesenjangan tersebut muncul karena adanya kesenjangan waktu, informasi, dan jarak.
  4. Pengangguran Musiman, pengangguran secara berkala yang terjadi karena adanya perubahan musim. Contoh: Petani yang bekerja pada saat musim tanam dan panen.
  5. Pengangguran Teknologi, terjadi karena bidang-bidang produksi yang dulunya dikerjakan dengan tenaga manusia, sekarang tergantikan oleh teknologi.
  6. Pengangguran Voluntary, golongan ini adalah orang-orang yang menganggur dengan sukarela, mereka sebenarnya bisa mendapatkan kerja, tetapi tidak mau atau sukarela tidak bekerja. Contohnya karena sudah mendapat warisan, mengurus rumah tangga, atau sedang dalam masa studi.

Pengangguran Berdasarkan Sifatnya

  1. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment), yaitu angkatan kerja yang sama sekali tidak memiliki pekerjaan. Hal ini terjadi karena kurangnya lapangan pekerjaan, tidak mau bekerja, atau ketidakcocokan antara lowongan pekerjaan dengan latar belakang pendidikan.
  2. Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment), yaitu ketika terlalu banyaknya tenaga kerja di suatu jenis pekerjaan. Padahal dengan mengurangi tenaga kerja tersebut sampai jumlah tertentu tetap tidak mengurangi jumlah produksi.
  3. Setengah Menganggur (Under Unemployment), yaitu terjadi karena tenaga kerja tidak bekerja secara optimal sebab tidak adanya pekerjaan untuk sementara waktu. Misalnya pekerja yang bekerja di bawah jam kerja normal (<35 jam seminggu)

Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran adalah perbandingan antara jumlah penganggur dan jumlah angkatan kerja dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam persentase.

Pengertian, Jenis, dan Cara Mengatasi Pengangguran–SMA Kelas 11 26
Cara Mengukur Tingkat Pengangguran Terbuka (Arsip Zenius)

Rumus ini berguna untuk mengindikasikan besarnya persentase angkatan kerja yang termasuk dalam pengangguran. Variabel yang digunakan untuk menyusun indikator ini diperoleh dari Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) dan Sensus Penduduk.

Cara Mengatasi Pengangguran Berdasarkan Jenisnya

Pengangguran merupakan masalah yang serius, baik itu bagi pihak yang bersangkutan maupun bagi negara. Pemerintah perlu melakukan upaya untuk mengurangi angka pengangguran. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengangguran adalah sebagai berikut :

1. Cara mengatasi pengangguran secara umum

  • Mengadakan bimbingan dan penyuluhan keterampilan kerja
  • Menambah keterampilan melalui Badan Latihan Kerja (BLK)
  • Meningkatkan Pendidikan
  • Pendayagunaan dan penyebaran tenaga kerja
  • Pengembangan produktivitas tenaga kerja
  • Memperluas dan membuka lapangan kerja

2. Cara mengatasi pengangguran terselubung

  • Mengadakan bursa tenaga kerja yang mempertemukan pencari kerja dengan penyedia pekerjaan
  • Meningkatkan keterampilan dan kemampuan pada tenaga kerja dengan mengadakan pelatihan kerja
  • Memindahkan daerah dengan jumlah tenaga kerja yang lebih ke daerah yang membutuhkan tenaga kerja
  • Meningkatkan mutu pendidikan

3. Cara mengatasi pengangguran struktural

  • Mengadakan pelatihan siap kerja untuk bidang yang semakin dibutuhkan 
  • Memindahkan tenaga kerja ke tempat yang membutuhkan
  • Meningkatkan mobilitas tenaga kerja dan modal yang ada
  • Meningkatkan industri padat karya

3. Cara mengatasi pengangguran akibat COVID-19

  • Program bantuan sosial untuk pekerja formal dan informal
  • Kartu Pra Kerja yang diprioritaskan untuk korban PHK
  • Perluasan program industri karya
  • Perlindungan untuk Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di negara yang ditempatkan setelah kembali ke Tanah Air.

4. Cara mengatasi pengangguran teknologi

  • Mengadakan pelatihan yang berkaitan dengan teknologi
  • Penganggur memanfaatkan barang-barang berteknologi dan paham penggunaannyanaany.

Oke Sobat Zenius, itu dia materi mengenai pengertian, jenis, dan cara mengatasi pengangguran. Semoga elo bisa memahami materi ini dengan baik ya. Kalau elo mau belajar lebih dalam elo bisa banget nih klik banner di bawah ini.

Pengertian, Jenis, dan Cara Mengatasi Pengangguran–SMA Kelas 11 27

Zenius juga punya beberapa paket belajar yang bisa elo pilih sesuai kebutuhan lo. Di sini elo nggak cuma ngereview atau ngafalin materi aja, tetapi belajar konsep materi dan latihan soal untuk mengukur seberapa jauh kemampuan lo. Yuk klik banner di bawah ini.

paket belajar zenius

Baca juga : Peran Pelaku Ekonomi dalam Kegiatan Ekonomi – Materi Ekonomi Kelas 10

Baca juga :Bingung Menghitung Laba? Pelajari Cara Mudah Menghitungnya di Sini!

Baca juga : Rumus Fungsi Permintaan dan Penawaran – Materi Ekonomi Kelas 10

Penulis : Yunita Widyaningsih

Cara Mengatasi Pemberontakan di Indonesia

Hai Sobat Zenius!

Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, tidak semerta-merta membuat Indonesia menjadi negara bebas. Banyak tantangan yang terus dihadapi oleh bangsa kita, salah satu tantangan tersebut adalah pemberontakan dari dalam negeri. Yap! Beberapa kelompok masyarakat kala itu sempat memberontak, namun pemerintah melakukan berbagai cara mengatasi pemberontakan di Indonesia.

Dalam artikel ini, gue akan membahas tentang solusi dan cara mengatasi pemberontakan di Indonesia yang pernah dilakukan oleh pemerintah. Cara mengatasi pemberontakan di Indonesia yang akan dibahas dalam artikel ini adalah operasi militer dan diplomasi. Sedangkan, peristiwa pemberontakan yang akan kita bahas akan kita batasi dari era pasca kemerdekaan Indonesia hingga akhir orde lama (1945 – 1965).

Yuk, simak pembahasan tentang solusi dan cara mengatasi pemberontakan di Indonesia!

Pengantar: Pemberontakan di Indonesia

Berdirinya Indonesia sebagai negara daulat menemui banyak tantangan, salah satunya adalah pemberontakan. Sebagian besar, pemberontakan terjadi akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah saat itu.

Ketidakpuasan tersebut akhirnya berujung pada sikap protes dari masyarakat, hingga timbul pemberontakan. Pemberontakan terjadi baik dalam lingkup kedaerahan maupun nasional. Beberapa aktor yang mempengaruhi pemberontakan tersebut datang dari dari tokoh politik, anggota militer, pejabat, dan pimpinan daerah.

Nah, selain persoalan di atas, ada beberapa alasan utama lain yang mendukung terjadinya pemberontakan. Simak, ya!

Alasan Pemberontakan di Indonesia

Ada tiga alasan yang melatarbelakangi gerakan pemberontakan di Indonesia.

Solusi dan Cara Mengatasi Pemberontakan di Indonesia - Materi Sejarah Kelas 12 17
Alasan yang melatar belakangi pemberontakan di Indonesia.

1. Keinginan Untuk Menggantikan Sistem pemerintahan yang Baru

PKI

Salah satu organisasi yang ingin mengganti sistem pemerintahan di Indonesia adalah PKI (Partai Komunis Indonesia). Partai ini ingin agar sistem negara Indonesia berlandaskan ideologi sosialisme/komunisme. Pemberontakan oleh PKI pun dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1948 dan 1965.

Baca juga:

Dinamika Catatan Sejarah 30 September 1965

DI / TII

Pemimpin DI/TII
Para pemimpin DI/TTI di masing-masing wilayah (sumber: Wiki Commons)

Kelompok lainnya adalah DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia). Kelompok ini menghendaki agar Indonesia berpaham Islamisme dan menetapkan hukum Islam sebagai hukum negara. Pemberontakan ini berlangsung di empat  daerah, yaitu Jawa Barat yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo,  Sulawesi Selatan oleh Kahar Muzakar, Aceh oleh Daud Beureu’eh, dan Kalimantan Selatan oleh Ibnu Hajar.

APRA

Kelompok lainnya adalah APRA (Angkatan Perang Ratu Adil). Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Westerling. Pemberontakan ini menghendaki agar Indonesia tetap mempertahankan bentuk federal, daripada menjadi negara kesatuan. APRA juga menghendaki agar setiap negara bagian memiliki tentara sendiri.

Baca juga:

Latar Belakang Pemberontakan APRA, Tujuan, dan Kronologinya

2. Keinginan Untuk Membentuk Negara Baru

RMS

Kelompok yang melakukan pemberontakan dengan alasan ini salah satunya adalah Gerakan RMS (Republik Maluku Selatan). Pemberontakan ini dipimpin oleh Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil. Ia tidak setuju dengan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, ia juga menginginkan pembentukan Republik Maluku Selatan.

Baca juga:

Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) – Latar Belakang, Tokoh, dan Dampaknya

3. Kekecewaan terhadap Kebijakan Pemerintah Pusat 

PRRI/Permesta

Salah satu pemberontakan yang dilatarbelakangi oleh hal ini adalah yang dilakukan oleh Gerakan PRRI/Permesta (Pemerintahan Revolusioner Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta). Pemberontakan ini dipimpin oleh beberapa panglima militer di Sumatera dan Sulawesi. 

Kelompok ini menginkan kekuasaan penuh daerah Sumatera dan Sulawesi, sebagai akibat dari ketidakstabilan pemerintah pusat. Sehingga, daerah tersebut memiliki kewenangan khusus atau yang disebut sebagai otonomi

Alasan lainnya adalah militer yang terbengkalai. Banyak anggota laskar, KNIL, atau PETA yang tidak mampu untuk masuk ke dalam TNI. Selain itu, gaji anggota militer yang kecil membuat mereka akhirnya memberontak.

Baca juga:

Pemberontakan PRRI – Latar Belakang, Tujuan, dan Tokohnya

Cara Mengatasi Pemberontakan di Indonesia

Cara Mengatasi Pemberontakan di Indonesia
Dua cara mengatasi pemberontakan

Ada dua cara mengatasi pemberontakan di Indonesia yang dilakukan oleh Pemerintah, yaitu operasi militer dan diplomasi.

1. Operasi Militer

Cara mengatasi pemberontakan di Indonesia yang pertama adalah dengan melakukan operasi militer.

Operasi Pemberontakan PKI Madiun 1946

Ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1946, Pemerintah Indonesia, melalui Panglima Besar Jenderal Soedirman menggunakan operasi militer sebagai cara mengatasi pemberontakan. Kolonel Gatot Subroto (Panglima Divisi II Jawa Tengah bagian Timur) dan Kolonel Sungkono (Panglima Divisi Jawa Timur) untuk menumpas PKI.

Pemberontakan PKI di Madiun pun dapat ditumpas pada 30 September 1948. Musso dan Amir Syarifuddin, sebagai pimpinan pemberontakan tewas dalam pelarian. Operasi militer ini dilaksanakan hingga Desember 1948, guna menumpas beberapa anggota pemberontakan yang masih tersisa.

Operasi Pagar Betis

Operasi militer lainnya adalah Operasi Pagar Betis yang dilakukukan oleh pasukan TNI dari divisi Siliwangi di Jawa Barat. Operasi ini bertujuan untuk menumpas pemberontakan DI/TII pimpinan Kartosuwiryo. Operasi ini pun berhasil berjalan dengan lancar, hingga Kartosuwiryo ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Operasi 17 Agustus

Cara mengatasi pemberontakan di Indonesia melalui operasi militer yang berikutnya adalah Operasi 17 Agustus. Operasi ini bertujuan untuk menumpas pemberontakan PRRI di Sumatera. Operasi ini juga bertugas untuk mencegah meluasnya pengaruh-pengaruh asing akibat pemberontakan. Dari operasi militer ini, Pekanbaru berhasil diamankan pada 14 Maret 1958 dan Bukit Tinggi diamankan pada 4 Mei 1958.

Diplomasi

Cara mengatasi pemberontakan di Indonesia yang kedua adalah dengan diplomasi. Bentuk dari dari diplomasi dapat berupa negosiasi dan amnesti. Negosiasi berarti upaya perundingan dari pemerintah Indonesia terhadap pihak yang berkonflik guna mencapai kesepakatan bersama. Sedangkan, amnesti adalah pengampunan yang diberikan pemerintah terhadap pemberontak.

Salah satu cara mengatasi pemberontakan di Indonesia dengan jalur diplomasi adalah upaya penyelesaian kasus DI/TII di Aceh. Melalui Panglima Daerah Militer TNI, yaitu Kolonel Jasin, diadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh. Upaya ini berhasil dilakukan sehingga tercipta penyelesaian pemberontakan secara damai.

Cara mengatasi pemberontakan di Indonesia lainnya yang menggunakan diplomasi adalah upaya penyelesaian pemberontakan RMS. Diplomasi ini dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui Dr. J. Leimena. Upaya ini bertujuan agar RMS kembali menjadi bagian NKRI. Namun, upaya diplomasi tidak menemui titik terang, sehingga pemerintah pun melakukan penyelesaian melalui operasi militer.

Kesimpulan

Kesimpulannya, terdapat tiga alasan utama yang melatarbelakangi pemberontakan di Indonesia, yakni mengganti sistem pemerintahan, memisahkan diri dari negara, dan kekecewaan terhadap kebijakan pemerintahan pusat. Beberapa contoh dari pemberontakan ini adalah PKI pada tahun 1948, gerakan RMS pada tahun 1950, dan PRRI/Permesta pada 1958.

Namun, terdapat dua cara mengatasi pemberontakan di Indonesia. Pertama adalah upaya militer, seperti Operasi Militer 17 Agustus dan Operasi Pagar Betis. Kedua adalah melalui upaya diplomasi dan negosiasi. Dalam hal ini, upaya diplomasi untuk menumpas DI/TII di Aceh dan diplomasi RMS di Maluku.

Penutup

Nah, itu dia penjelasan tentang cara mengatasi pemberontakan di Indonesia. Nah, kalau elo mau mempelajari materi ini lebih dalam, jangan lupa untuk klik banner di bawah ini.

Solusi dan Cara Mengatasi Pemberontakan di Indonesia - Materi Sejarah Kelas 12 18

Zenius punya beberapa paket belajar untuk elo. Elo bisa pilih paket yang paling sesuai dengan kebutuhan elo. Jadi, elo bisa belajar hingga benar-benar memahami dan mengerti konsepnya. Yuk, langsung aja klik banner di bawah ini!

Langganan Zenius

Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat dan selamat belajar!

Penulis: Luis Moya