Romusha dalam Masa Pendudukan Jepang di Indonesia

Romusha merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Jepang ketika menduduki Indonesia dulu. Apa sih, yang dimaksud dengan Romusha? Terus, apa tujuannya? Apa aja kebijakan yang muncul? Lalu, apa dampaknya pada bangsa Indonesia?

Jepang datang ke Indonesia pada tahun 1942 dan merepresentasikan diri sebagai sahabat yang menolong bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda dan menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Elo bisa baca cerita awal kedatangan Jepang ke Indonesia di artikel Proses Kedatangan Jepang ke Indonesia.

Namun, bangsa Indonesia mulai melakukan perlawanan semenjak Jepang mulai menetapkan kegiatan-kegiatan yang mengeksploitasi masyarakat, salah satu di antaranya adalah Romusha. Gue yakin, setelah baca artikel ini, elo bakal ngerti deh, kenapa Indonesia bisa jadi marah banget dan melawan Jepang!

Pengertian dan Tujuan Romusha

Romusha Zenius
Potret para pekerja Romusha (Dok. Wikimedia Commons)

Apa yang dimaksud dengan Romusha?

Secara harfiah, romusha artinya pekerja atau buruh. Sedangkan menurut sejarah, romusha merupakan salah satu kegiatan sosial Jepang yang berupaya mengumpulkan tenaga kerja paksa laki-laki melalui sebuah kepanitiaan yang disebut dengan Romukyokai.

Apa yang dimaksud dengan Romukyokai? Romukyokai adalah panitia yang menggerakkan para pekerja romusha pada zaman penjajahan Jepang. 

Program romusha pada masa pendudukan Jepang pada awalnya adalah untuk pembangunan dan propaganda Jepang. Pengerahan romusha bertujuan sebagai persiapan Perang Asia Timur Raya. 

Para romusha dipaksa untuk membangun gua-gua pertahanan Jepang di Mrangi, Pundong, dan Bantul pada tahun 1943-1945. Nggak cuma itu, Jepang mengerahkan romusha juga untuk memenuhi kebutuhan tentara Jepang.

Setelah tiba di Indonesia, Jepang sadar dong kalau daerah bekas jajahan Belanda yakni Indonesia tuh punya sumber daya yang kaya banget. Apa aja ada lho, mulai dari minyak, kina, besi, batu bara, karet, dan lain-lain.

Romusha dalam Masa Pendudukan Jepang di Indonesia - Materi Sejarah Kelas 11 18
Batu bara, salah satu kekayaan Indonesia (Dok. Pixabay)

Makanya begitu Jepang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia, mereka langsung memikirkan strategi untuk mempertahankan dan melindungi kekayaan tersebut. Diperlukan infrastruktur yang baik dan tenaga kerja yang besar. Nah, tujuan romusha adalah untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Mungkin elo ngerasa nggak asing dengan sistem seperti ini karena sebelumnya ketika masih dalam era kolonialisme Hindia-Belanda, ada kegiatan serupa yang disebut dengan kerja rodi atau kerja paksa, yang dicetuskan oleh Herman Willem Daendels.

Perbedaan rodi dan romusha terletak pada masa terjadinya dan oleh siapa kebijakannya dibuat. Secara keseluruhan, konsepnya sama, yaitu memaksa rakyat Indonesia untuk bekerja bagi mereka.

Selain Romusha, ada berbagai kegiatan sosial lain yang dilakukan oleh Jepang selama masa pendudukannya di Indonesia. Elo bisa nonton videonya dengan klik banner di bawah ini.

Baca Juga: Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Jepang – Materi Sejarah Kelas 11

Romusha di Indonesia

Kebijakan Romusha

Emangnya sekeji apa, sih romusha ini? Seperti apa kebijakan pelaksanaannya? Gue ceritain, deh.

Awalnya, perekrutan untuk kegiatan ini oleh Romukyokai didasari dengan judul gerakan patriotik yang menunjukkan bahwa seseorang berbakti kepada negara Indonesia yang sedang “direncanakan” kemerdekaannya.

Kalian penasaran nggak bagaimana cara Jepang merekrut rakyat Indonesia hingga menjadi romusha? Ternyata, nggak semua perekrutannya dilakukan secara paksa, lho. Ada juga yang mendaftar secara sukarela. Nah, apa sih yang membuat beberapa sukarelawan berminat jadi romusha? 

Tindakan Jepang untuk menarik minat rakyat Indonesia menjadi romusha adalah dengan memberi janji untuk menyediakan makanan yang enak, tempat tinggal yang layak, pelayanan kesehatan, dan upah yang bagus. Ketika masih di camp pelatihan yang dikelola oleh rakyat Indonesia sendiri sebagai bentuk kontribusi mereka bagi negara, memang semuanya terpenuhi dengan baik.

Namun, begitu para mereka dikirimkan oleh Jepang ke tempat kerjanya yang jauh banget dari kampung halaman, semuanya berubah. Ketika gue bilang jauh, beneran jauh. Kerjanya nggak cuma di Indonesia tapi juga di negara-negara lain dan Jepang adalah salah satunya.

Udah jauh dari rumah, mereka juga nggak dapet apa yang menjadi hak mereka. Nggak dikasih tempat tinggal yang layak, nggak dikasih perawatan meskipun terserang penyakit menular, dan beban kerjanya amat sangat berat. Beberapa orang yang mencoba menolak atau bahkan melarikan diri berakhir dihajar oleh pihak Jepang.

Tindakan pemerintah pendudukan Jepang mengerahkan tenaga romusha menunjukkan sifat otoriter dan militeristik Jepang yang begitu kental. Jepang memang mengerahkan tenaga romusha karena membutuhkan tenaga kerja yang murah untuk kepentingan Jepang sendiri.

Ketika itu, romusha harusnya mendapatkan upah sebesar 0,40 gulden atau 40 sen. Jumlah segitu kalau menurut Tan Malaka cuma bisa buat beli pisang sebiji. Beliau juga mengatakan dalam salah satu tulisannya bahwa upah yang sangat kecil itu pun hanya hitam di atas putih. Realitanya, para romusha tidak mendapatkan bayaran sama sekali dari Jepang.

Agar lebih maksimal keberadaan romusha, Jepang memotivasi rakyat dengan sebutan Pahlawan Ekonomi. 

Dampak Romusha

Pekerja Romusha Zenius
Pekerja Romusha jatuh sakit (Dok. Wikimedia Commons)

Apa dampak pelaksanaan romusha bagi bangsa Indonesia? Bagaimana dampak dari kebijakan dan tindakan Jepang terhadap pengerahan romusha?

Elo bayangin deh perlakuan Jepang terhadap para romusha seperti yang udah gue ceritain di atas tadi. Kalau terus-terusan dipaksa bekerja yang berat banget, kalau sakit nggak diurusin, upah juga nggak dikasih, orang lama-lama juga nggak tahan,

dan nggak sedikit juga dari para romusha yang meninggal. 

Mengapa banyak romusha yang meninggal? Kalian bayangin aja, para romusha disuruh kerja terus-terusan tanpa istirahat, disiksa, nggak dikasih makan. Nggak heran kan banyak romusha yang meninggal? Demikianlah yang terjadi sama para Romusha.

Pada tahun 1944, terjadi tragedi mengenaskan. Sebuah camp romusha dengan panik menelepon suatu rumah sakit di Jakarta dan melaporkan bahwa ratusan pekerja sedang dalam keadaan sakit. Banyak pula yang berakhir meninggal. Setelah diperiksa, dugaan pertamanya adalah sakit meningitis. Tapi setelah mengetahui kalau sebelumnya para pekerja romusha udah divaksin, maka diagnosisnya diganti tetanus.

Setelah diusut oleh Profesor Ahmad Mochtar, ternyata vaksin buatan Jepang yang diterima para pekerja sebelumnya mengandung bakteri penyebab tetanus yang telah dimurnikan. Beberapa waktu setelah itu, Profesor Mochtar dijanjikan kebebasan rekan-rekannya apabila dia menandatangani pengakuan bahwa hasil penelitiannya terhadap vaksin Jepang telah ia sabotase. Banyak kok, yang nggak percaya sama “pengakuan” ini, termasuk Mohammad Hatta.

Balik lagi ke Tan Malaka, melalui sebuah data pekerja yang beliau kumpulkan, tercatat bahwa dalam sebulan, sekitar 400-500 orang meninggal dan telah dikuburkan di pemakaman Romusha yang luasnya mencapai 38 hektar.

Dari sini bisa dipahami ya, kenapa romusha menjadi salah satu alasan rakyat Indonesia melakukan perlawanan terhadap Jepang.

Oke, demikian beberapa bagian dari sejarah romusha dalam masa pendudukan Jepang di Indonesia. Sebelum gue akhiri artikel ini, gue punya pertanyaan nih, buat elo. Coba bagiin pendapat elo di kolom komentar, ya!

Seumpama Jepang waktu itu memberi hak yang emang udah seharusnya diterima oleh romusha, di mana mereka diperlakukan dengan baik dan manusiawi, kira-kira Indonesia bakal terus percaya sama Jepang atau tetap melakukan perlawanan, ya?

Kalau elo sendiri menempatkan diri di posisi rakyat Indonesia saat itu, apa nih, jawaban elo?

Baca Juga: Tan Malaka: Bapak Republik Indonesia yang Terlupakan

Referensi

War Crimes in Japan-Occupied Indonesia: Unraveling the Persecution of Achmad Mochtar – Kevin Baird, J (2016).

Cerita Pilu Korban Kerja Paksa Romusha Jepang – TEMPO Publishing (2002).

Originally Published : January 11, 2022
Updated By : Nada Alfi Aliyah (Kampus Merdeka Intern)

15+ Organisasi Bentukan Jepang di Indonesia

Sobat Zenius, ngomongin sejarah emang nggak ada habisnya. Salah satunya adalah sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Kemerdekaan Indonesia nggak terjadi secara instan, Sob! Indonesia punya sejarah panjang sebelum merdeka hingga menjadi bangsa yang besar seperti sekarang.

Salah satu sejarah yang menarik kita bahas adalah masa pendudukan Jepang. Pada masa itu, terdapat beberapa organisasi bentukan Jepang yang turut mempengaruhi sejarah kemerdekaan kita, lho!

Organisasi Bentukan Jepang

Pada masa penjajahannya di Indonesia, pemerintah Jepang membentuk berbagai organisasi. Apa tujuannya?  Tujuannya adalah untuk melakukan eksploitasi sumber daya alam dan memobilisasi rakyat Hindia-Belanda (Indonesia).

Mobilisasi sumber daya ini dilakukan untuk mendukung Jepang yang tengah terlibat dalam Perang Pasifik (Perang Asia Timur Raya), yaitu Perang Dunia ke-II di wilayah Samudera Pasifik.

Selama masa pendudukan, Jepang membentuk beberapa organisasi yang bergerak hampir di seluruh aspek kehidupan masyarakat. Mulai dari bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, hingga militer.

Adanya organisasi ini mampu memperkuat armada Jepang. Selain itu, keberadaan organisasi ini juga dijadikan alat untuk menyebarkan doktrin anti kulit putih ke masyarakat Indonesia. Uniknya, organisasi bentukan Jepang ini juga menjadi pemicu munculnya semangat perjuangan rakyat untuk merebut kemerdekaan.

Penasaran apa saja organisasi bentukan Jepang di Indonesia? Nah, untuk lebih lengkapnya, berikut penjelasan beberapa organisasi bentukan Jepang di Indonesia.

Organisasi Bentukan Jepang di Bidang Politik

Jepang melakukan restrukturisasi pemerintahan serta reorganisasi administrasi pemerintahan. Terdapat beberapa organisasi bentukan Jepang di bidang politik. Berikut adalah beberapa organisasi bentukan Jepang di bidang politik.

PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)

Organisasi PUTERA didirikan oleh beberapa pemuda yang dikenal dengan sebutan empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H, Mas Mansur. Melalui organisasi ini, Pemerintah Jepang berharap dapat membangkitkan semangat anti bangsa kulit putih yakni Inggris, Amerika, dan Belanda kepada masyarakat Indonesia  dengan menggunakan tokoh pergerakan Indonesia.

Organisasi ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi rakyat guna membantu Jepang dalam menghadapi perang pasifik. Namun, seiring berjalannya waktu organisasi PUTERA malah lebih intens bersuara lantang untuk mempersiapkan mental masyarakat dalam merebut kemerdekaan.

Jepang pun sadar, dan menilai organisasi ini tidak banyak menguntungkan bagi dirinya dan segera membubarkan organisasi PUTERA  pada tahun 1944. 

Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)

Organisasi Jawa Hokokai dibentuk pada tahun 1944. Anggota Organisasi ini mencakup semua golongan masyarakat mulai dari arab, cina, hingga pribumi. Seperti namanya, organisasi ini hanya dapat berjalan di pulau Jawa saja, hal ini dikarenakan banyaknya suku, adat, budaya, dan bahasa sehingga sulit untuk mempersatukan wilayah lain selain pulau Jawa.

Tugas dari organisasi ini adalah menggerakkan rakyat Jawa untuk mengabdikan hidupnya untuk kepentingan Jepang. Beberapa tugas organisasi ini di antaranya adalah melakukan pengumpulan pajak, hasil pertanian masyarakat, hingga upeti untuk diserahkan kepada pemerintah Jepang.

Sendenbu (Kelompok Propaganda)

Sendenbu merupakan organisasi bentukan Jepang di bawah Struktur Departemen Propaganda Kekaisaran Jepang untuk staf pemerintahan militer pusat (Departemen Ganseikanbu). Organisasi Sendenbu bertugas khusus di Pulau Jawa dan didirikan pada Agustus 1942. Tugas dari organisasi ini adalah menyediakan informasi mengenai pemerintahan sipil untuk agenda propaganda. Sendenbu mendirikan sebuah asrama yang dikenal dengan Asrama Angkatan Baroe Indonesia yang diketuai oleh Soekarni.

Poster Propaganda Sendenbu Jepang
Poster Propaganda Sendenbu Jepang (wowshack.com)

Terdapat 3 seksi dalam sendenbu, yaitu administrasi, berita dan pers, serta propaganda. Apa saja propaganda yang pernah dilakukan Sendenbu? Tercatat ada beberapa propaganda yang dibuat sendenbu antara lain:

  • Propaganda 3A
  • Propaganda terkait Tokyo Rose 
  • Mengendalikan sarana penyiaran untuk publik
  • Merekrut orang Indonesia sebagai propagandis
  • Dan lain-lain.

Propaganda-propaganda ini disampaikan lewat karya seni seperti film, pertunjukan drama, puisi, pidato, hingga gamelan. Media massa juga digunakan untuk propaganda. Media diwajibkan memuat tulisan yang dapat memperlancar perekrutan pekerja romusha dan meningkatkan keinginan serta semangat kerja penduduk sebagai romusha.

Baca Juga: Romusha Pada Masa Pendudukan Jepang

Organisasi Bentukan Jepang di Bidang Militer

Organisasi Bentukan Jepang di Bidang Militer
Organisasi Bentukan Jepang di Bidang Militer #1 (Arsip Zenius)

Beberapa organisasi bentukan tentara Jepang di bidang militer antara lain:

Seinendan (Organisasi pemuda semi-militer)

Organisasi ini dibentuk pada tanggal 9 Maret 1943. Organisasi ini merekrut pemuda berusia 14-22 tahun, jumlah anggotanya tercatat pernah menyentuh 500.000 orang pada akhir masa pendudukan Jepang. Organisasi ini melatih para pemuda untuk mampu mempertahankan bumi pertiwi secara mandiri. Tujuan terselubung dari organisasi ini adalah mempersiapkan kekuatan cadangan untuk menghadapi sekutu pada Perang Pasifik.

Keibodan (Organisasi pembantu polisi)

Dibentuk pada tanggal 29 april 1943, organisasi keibodan beranggotakan pemuda berusia 23-25 tahun. Organisasi pembantu polisi Jepang ini memiliki syarat khusus untuk menjadi anggotanya yaitu pemuda yang memiliki fisik sehat dan juga berkepribadian baik. Jepang menugaskan anggota keibodan untuk mengatur lalu lintas dan pengamanan di desa-desa.

Fujinkai (Organisasi wanita semi-militer)

Fujinkai beranggotakan para wanita berusia 15 tahun ke-atas. Fujinkai atau yang biasa disebut perkumpulan wanita ini dibentuk pada bulan agustus 1942. Para anggota fujinkai bertugas untuk memobilisasi perempuan untuk mendukung tentara Jepang pada Perang Pasifik. Mereka menjadi tim memasak, paramedis dan memberikan hiburan kepada tentara Jepang. 

Dalam perjalanannya, selain bertugas di bidang militer, organisasi ini juga membawa misi dalam pemberantasan buta aksara, membangun fasilitas pendidikan dan kesehatan, hingga mendorong masyarakat untuk semangat berkebun. Organisasi ini dibubarkan setelah proklamasi kemerdekaan tepatnya melalui mekanisme kongres pada tanggal 16 Desember 1945. 

Jibakutai (Organisasi keprajuritan berani mati)

Organisasi ini dikenal dengan sebutan pasukan berani mati atau pasukan bunuh diri karena terinspirasi oleh pilot bunuh diri Kamikaze. Jumlah pasukan Jibakutai tercatat lebih dari 50.000 orang yang berasal dari beragam latar belakang. Jibakutai merupakan pasukan kelas dua atau pasukan pelapis. Mereka tidak berada di garda terdepan peperangan. Jibakutai mempunyai peran sebagai pasukan pendukung yang akan mulai maju menyerang jika dibutuhkan atau diperintahkan pada saat yang genting. Pasukan ini oleh Jepang disiapkan  untuk melawan sekutu dalam perang di wilayah kota.

Saat masa pendudukan Jepang berakhir, pasukan ini mengubah namanya menjadi Barisan Berani Mati (BBM) dan beraksi pada 10 November 1945 pada perang melawan sekutu di Surabaya.

Organisasi Bentukan Jepang di Bidang Militer
Organisasi Bentukan Jepang di Bidang Militer #2 (Arsip Zenius)

Heiho (Organisasi sayap militer keprajuritan cadangan)

Heiho adalah organisasi bentukan tentara Jepang yang berada di bawah instruksi markas besar umum Kekaisaran Jepang. Para anggota Heiho berusia 18-25 tahun dan beranggotakan para prajurit Indonesia untuk memperkuat tentara Jepang. Anggota Heiho tercatat pernah mencapai 42.000 orang sejak mulai berdiri hingga akhir masa pendudukan Jepang. 

Pasukan ini memiliki keahlian perang yang lebih baik dibanding organisasi militer lainnya. Tugas utama organisasi Heiho adalah menjaga camp pertahanan, memperkuat pertahanan dan membantu tentara Jepang pada peperangan. Selain bertugas di Indonesia, Heiho juga mendapat tugas di beberapa negara pendudukan Jepang lainnya seperti Singapura, Malaysia, hingga Vietnam,

PETA (Pembela Tanah Air; organisasi milisi setempat)

Organisasi bentukan Jepang berikutnya adalah PETA. Pembela Tanah Air (PETA) adalah organisasi yang dibentuk Jepang untuk memperkuat Heiho. PETA didirikan pada 3 Oktober 1943 atas usulan dari Gatot Mangkupraja kepada Letnan Jenderal Kamakici Harada. 

Berbagai kalangan masyarakat pun masuk ke organisasi ini, tercatat total ada lebih dari 37.000 anggota dari Jawa dan lebih dari 20.000 anggota dari Sumatera. Organisasi ini memperbolehkan anggotanya untuk memiliki pangkat kemiliteran, hingga akhirnya melahirkan pemimpin-pemimpin berkualitas pada bidang militer di Indonesia. Adapun para tokoh alumni PETA seperti Jenderal Sudirman, Jenderal Ahmad Yani, dan Jenderal Gatot Subroto. 

Kempeitai (Organisasi kepolisian rahasia)

Kempeitai atau yang dikenal sebagai polisi militer bagi Tentara Kekaisaran Jepang. Kempeitai bertugas dalam menjalankan misi kotor pemerintahan Jepang. Mereka bertanggung jawab atas menjaga keamanan area belakang, mengkoordinir kamp kerja paksa, hingga melakukan serangan balasan. Kempeitai juga menjaga kamp-kamp khusus yang berisi eksperimen medis yang mengerikan kepada ribuan tahanan dari China, Amerika, Eropa, dan Korea.

 Selain itu, Kempetai juga bertugas menjalankan misi kontra intelijen dan kontra propaganda, bahkan anggota Kempeitai diduga juga sering menculik wanita muda untuk dijadikan Jugun Ianfu atau wanita penghibur. Berdasarkan catatan Hugh Cortazzi dalam The Japanese Achievement (1990), pada 1937 Kempeitai mempunyai 315 perwira dan 6000 prajurit. Mereka terkenal sebagai Disipliner Penduduk Sipil. Pihak sekutu memperkirakan setidaknya terdapat 7.500 anggota Kempeitai  pada akhir PD II.

Gakukotai (Organisasi pelajar)

Dikarenakan desakan kekalahan tanpa syarat pada PD II, Jepang merekrut pelajar, pemuda, dan mahasiswa untuk masuk organisasi pemuda yang mereka beri nama Gakukotai. Di Gakukotai mereka diberi pelatihan militer yang tujuan utamanya adalah untuk memperkuat posisi Jepang di Indonesia.

Organisasi Bentukan Jepang di Bidang Sosial Budaya

Di bidang sosial Jepang melakukan kerja paksa (romusha). Sedangkan di bidang budaya misalnya Jepang membuat akademi kedokteran (ika daigaku) serta akademi teknik (kogyo daigaku). Beberapa organisasi bentukan Jepang di bidang sosial-budaya antara lain:

Gerakan 3A (三亜運動 / San’a undō)

Poster Propaganda Gerakan 3 A Jepang
Poster Propaganda Gerakan 3 A Jepang (wikipedia)

Gerakan 3A didirikan pada 29 April 1942 yang bertepatan dengan kelahiran Kaisar Hirohito. Gerakan ini memiliki 3 jargon atau semboyan yakni “Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia, dan Nippon Cahaya Asia”.

Pelopor gerakan ini adalah Hitoshi Shimizu yaitu seorang Kepala Departemen Propaganda (Sendenbu). Kemudian,  Shimizu menunjuk Mr Syamsudin seorang tokoh pergerakan nasional sebagai ketua dari Gerakan ini.

Gerakan 3A meliputi bidang pendidikan. Pendidikan diharapkan dapat menampung pemuda Indonesia dalam jumlah yang besar. Sekolah-sekolah berjalan berdasarkan sistem pendidikan Jepang. 

Baca Juga: Hirohito, Kaisar Kontroversial Jepang di Perang Dunia II

Pada Mei 1942, gerakan ini membangun Pendidikan Pemuda Tiga di Jatinegara. Pendidikan di dalamnya berupa kursus singkat selama ½ bulan untuk remaja berusia 14-18 tahun.

Berikut gambaran kegiatan pendidikan di gerakan ini:

Pada pagi hari para remaja ini harus bangun pagi buta, olahraga kemudian ke dapur untuk masak dan kemudian berkebun. Siang harinya mereka dilatih olahraga seperti perang, sumo, dan jiu jitsu. Pada malam hari mereka dilatih bahasa Jepang. Terdapat pula pembelajaran Islam yang diberi nama Persiapan Persatuan Umat Islam. Subseksi Islam ini dipimpin oleh tokoh pergerakan nasional yaitu Abikusno Cokrosuyoso.

Soekarno dan Masyumi
Soekarno dan Masyumi (Wikimedia Commons)

Gerakan 3A ini tidak berjalan lama, bagi golongan intelektual gerakan ini kurang menarik karena tidak memiliki manfaat terutama dalam mencapai tujuan kemerdekaan. Selain itu gerakan ini juga menimbulkan banyak protes keras dari rakyat dan tokoh nasionalis Indonesia. Kemudian pada akhir 1942, gerakan 3A pun akhirnya dibubarkan oleh pemerintah pendudukan Jepang.

MASYUMI (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)

Melihat fakta bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam, Jepang segera sadar dan memanfaatkan Islam sebagai alat politik untuk melanggengkan kekuasaan mereka di Indonesia. Mereka segera membentuk MASYUMI (Majlis Syuro Muslimin Indonesia pada 1943 yang diketuai oleh KH Hasyim Asyari (NU), dan wakilnya dari Muhammadiyah yakni KH Mas Mansyur, KH Wahid Hasyim, KH Mukti, KH Farid Ma’ruf, dan Katosudarmo.

Masyumi berkembang sangat pesat bahkan mempunyai cabang di setiap keresidenan. Tugas organisasi ini di antaranya adalah mengumpulkan dana dari masyarakat dan meningkatkan hasil bumi. Selain itu Masyumi juga menjadi wadah berkumpulnya intelektual Islam untuk bertukar pikiran sekaligus wadah masyarakat memberikan keluh kesah. 

Baca Juga:

Sejarah Berdirinya Organisasi Muhammadiyah

Seiring berjalannya waktu organisasi ini digunakan oleh para tokoh besar pergerakan nasional untuk mengkonsolidasikan organisasi islam seperti NU, Muhammadiyah, Sarekat Islam, dan Persatuan Islam. Masyumi pernah menolak budaya Jepang yang tidak sesuai dengan syariat Islam, yaitu budaya sekerei atau budaya membungkuk 90 derajat ke arah Tokyo. Ayah dari Buya Hamka, Abdullah Karim Amrullah menjadi tokoh yang menolak keras budaya tersebut, karena umat Islam hanya melakukan rukuk ketika sholat dan wajib menghadap kiblat.

Suishintai (Organisasi pelopor)

Suishintai merupakan organisasi yang berada di bawah Jawa Hokokai. Organisasi ini dipimpin oleh Ir. Soekarno dengan Kepada Sekretariatnya yaitu Sudiro. Organisasi ini dimanfaatkan oleh para tokoh pergerakan Indonesia dalam menyebarkan semangat nasionalisme dan memperkuat persatuan pemuda Indonesia melalui kegiatan pidato-pidato di dalamnya. Beberapa tokoh nasionalis yang tergabung dalam organisasi ini adalah Asmara Hadi, Sukardjo, Oto Iskandardinata, Chaerul Saleh, dan lain-lain.

Selain organisasi-organisasi di atas, Jepang tercatat pernah membentuk organisasi di bidang hiburan seperti Keimin Bunkei Shidoso (Pusat kegiatan kebudayaan) dan PERSAFI (Persatuan Aktris Film Indonesia).

Organisasi Bentukan Jepang di Bidang Ekonomi

Di bidang ekonomi Jepang membuat setoran wajib tanaman pertanian ke pemerintah serta melakukan penguasaan sumber daya alam terutama minyak. Salah satu organisasi bentukan tentara Jepang di bidang ekonomi adalah Romukyokai (Organisasi pengelola ketenagakerjaan).

Nah, itulah beberapa organisasi bentukan Jepang di Indonesia, materi organisasi bentukan Jepang ini adalah salah satu konsep dalam topik pembelajaran pendudukan Jepang di Indonesia. Jika elo tertarik untuk belajar lebih lengkap, elo bisa klik banner di bawah ya sob!

15+ Organisasi Bentukan Jepang di Indonesia - Materi Sejarah Kelas 11 9

Nah, supaya kegiatan belajar elo semakin efektif, elo bisa berlangganan paket belajar Zenius. Dengan Zenius, elo bisa mengakses ribuan materi belajar, live class dengan tutor-tutor Zenius, serta beragam soal dan pembahasannya.

Oh iya, nggak cuma diajarin materi pelajaran, Zenius juga akan ngasih tau elo metode belajar dengan konsep big ideas yang bisa buat elo paham sampe poin-poin penting suatu materi. Hah gimana tuh?