Kehidupan Kerajaan Aceh dan Silsilahnya – Materi Sejarah Kelas 10

Hai Sobat Zenius! Di artikel ini gue mau ngebahas tentang kehidupan kerajaan Aceh, mulai dari kehidupan sosial, politik dan ekonomi, latar belakang, letak kerajaan hingga peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam.

Elo masih inget nggak bencana alam tsunami yang terjadi di Aceh tanggal 26 Desember 2004? Kira-kira kalian udah lahir belum ya?

Kalo gue sih udah hehe. Tahu nggak sih kalau ada sebuah bangunan yang tetap berdiri kokoh di tengah terjadinya tsunami? Namanya adalah Masjid Raya Baiturrahman. Terus kenapa jadi ngomongin masjid nih? Katanya mau jalan-jalan ke Aceh?

Nah, jadi gini Masjid Raya Baiturrahman adalah masjid yang udah berdiri sejak lama banget, bisa dibilang bangunan ini jadi saksi bisu perkembangan Aceh. Kali ini gue mau ngajak elo buat cari tahu tentang Kerajaan Aceh yang berdiri dan berkembang di Aceh. 

Penasaran kan? Makanya langsung aja nih kita bahas sama-sama!

Kerajaan Aceh
Masjid Raya Baiturrahman (Dok. Unsplash)

Latar Belakang Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh terletak di Aceh, tepatnya adalah yang kita kenal sekarang sebagai Banda Aceh. Kerajaan Aceh merupakan kerajaan bercorak Islam yang didirikan oleh Ali Mughayat Syah yang memimpin Kerajaan Aceh selama tahun 1514-1530 M. Wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh meliputi Provinsi Aceh, Pesisir Sumatera Utara, dan Semenanjung Melayu. Sebelumnya daerah kekuasaan Kerajaan Aceh merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Lamuri yang bercorak agama Hindu. Namun setelah Aceh menyerang, Kerajaan Lamuri pun kalah dan wilayahnya menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh. Nah di bawah ini ada gambar peta letak kerajaan Aceh Darussalam.

Peta Kerajaan Aceh
Peta Letak Kerajaan Aceh (Arsip Zenius)

Baca Juga: Jejak Peninggalan Kerajaan Kalingga – Materi Sejarah Kelas 10

Silsilah Kerajaan Aceh

Kalau ngomongin tentang silsilah dari Kerajaan Aceh, pasti panjang banget. Nah, maka gue akan ngajak elo buat kenalan sama keturunan atau raja-raja yang paling berpengaruh di Kerajaan Aceh. Ada siapa aja ya?

  1. Ali Mughayat Syah (1514-1530)

Sebelumnya udah gue singgung di atas, kalau Raja Ali Mughayat Syah merupakan raja pertama sekaligus pendiri dari Kerajaan Aceh. Pada kekuasaan beliau, Kerajaan Aceh melakukan ekspansi ke beberapa daerah seperti Pasai, Daya, Lidic, Nakur, dan Pedir.

Setelah Ali Mughayat Syah meninggal, ia digantikan oleh putranya, yaitu Sultan Salahuddin. Sayangnya pada masa pemerintahan Salahuddin, beliau ini kurang perhatian gitu sama negara, sehingga Aceh mengalami kemerosotan, sehingga beliau digantikan oleh saudaranya yaitu Alaudin Ri’ayat Syah.

  1. Alauddin Ri’ayat Syah (1589-1604)

Dalam kepemimpinannya, Alauddin Ri’ayat Syah melakukan penyerangan ke Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis dan juga menyerang Kerajaan Aru.

Sebenarnya sudah sejak lama nih Kerajaan Aceh ingin menguasai Malaka, namun Portugis lebih dahulu menguasai Malaka. Namun, penyerangan ke wilayah Malaka dan Aru gagal. Hal ini disebabkan karena wilayah Malaka dikuasai Portugis yang lebih unggul dalam teknologi pertempuran, sedangkan Kerajaan Aru mendapatkan bantuan dari Johor untuk mempertahankan wilayahnya.

Selain itu di bawah kepemimpinan Alauddin Ri’ayat Syah, Kerajaan Aceh mulai melakukan hubungan diplomasi politik dengan Turki. 

  1. Iskandar Muda (1607-1636)

Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh tahun 1607–1636 M. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Aceh mengalami kejayaan. Dalam masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami kemajuan pada beberapa bidang, antara lain:

  • Bidang Perdagangan: Kemajuan pada bidang perdagangan terutama pedagang lada yang merupakan komoditas utama Aceh. Selain itu karena ada larangan untuk para pedagang Islam untuk berdagang di Malaka oleh pemerintah Portugis, menyebabkan para pedagang datang ke Aceh dan meramaikan perdagangan di Aceh. Jadi nih kalau dimisalkan pasar, Aceh ini jadi pasar yang serba ada, karena banyak pedagang yang datang untuk berdagang di Aceh. 
  • Bidang Politik: Dalam kehidupan politik kerajaan Aceh, Kerajaan Aceh berhasil menginvasi wilayah lain, seperti Johor, Pohong, Kedah, Aru, dan yang lainnya, sehingga Kerajaan Aceh memiliki wilayah yang sangat luas.
  • Diplomasi: Hubungan diplomasi antara Aceh dan Turki menjadi semakin erat, selain itu Aceh juga bekerja sama dengan negara Timur Tengah lainnya. Hal ini dilakukan sebagai strategi agar Aceh mendapat perlindungan dari negara Barat.
  • Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, penyebaran Agama Islam semakin meluas
  • Tata negara di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda menjadi lebih tertata, dan aturan-aturan yang diberlakukan adalah aturan berdasarkan kaidah Islam. 
  1. Iskandar Thani (1636-1641)

Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, tahta Kerajaan Aceh digantikan oleh menantunya, Sultan Iskandar Thani.

Di bawah kepemimpinan Iskandar Thani, beliau melanjutkan tradisi kekuasaan yang sebelumnya dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda karena beliau masih merasa kalau tradisi tersebut masih baik dan cocok untuk dilakukan. Pada masa pemerintahannya, muncul seorang ulama besar yg bernama Nuruddin ar-Raniri. Ia menulis buku sejarah Aceh berjudul Bustanu’ssalatin. 

Gimana? Menurut elo siapa sih Raja yang paling berpengaruh untuk Kerajaan Aceh? Kalau elo masih mau kepoin tentang para Raja ini, elo bisa klik banner di bawah ini!

belajar materi pelajaran sejarah di zenius

Sumber Sejarah Kerajaan Aceh

Sobat Zenius, biar elo makin percaya nih akan keberadaan Kerajaan Aceh, ada beberapa sumber sejarah Kerajaan Aceh yang elo bisa temuin, antara lain:

  1. Kitab Bustahu’ssatin

Di atas tadi gue udah menyinggung sedikit tentang Kitab Bustahu’ssatin. Kitab ini ditulis oleh Nuruddin ar-Raniri, isi kitab ini menjelaskan tentang sejarah Kerajaan Aceh, Undang-undang Islam yang diterapkan di Aceh, sejarah para raja dan karakteristik raja yang baik dan buruk.

  1. Masjid Baiturrahman

Di awal tadi gue juga udah singgung, kalau Masjid Baiturrahman merupakan saksi bisu dari perkembangan Kerajaan Aceh yang ada bahkan hingga sekarang. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.

  1. Masjid Indrapuri

Nah, masjid yang satu ini dulunya merupakan sebuah candi lho. Kok bisa? Jadi Masjid Indrapuri ini dulunya merupakan candi Hindu milik Kerajaan Lamuri. Namun karena Kerajaan Lamuri berhasil dikuasai oleh Kerajaan Aceh, kemudian oleh Sultan Iskandar Muda candi tersebut diubah menjadi sebuah masjid, yaitu Masjid Indrapuri. 

  1. Makam Sultan Iskandar Muda

Makam Sultan Iskandar Muda menjadi salah satu bukti eksistensi Kerajaan Aceh.

Peninggalan Kerajaan Aceh
Makam Sultan Iskandar Muda (Arsip Zenius)

Baca Juga: Silsilah dan Peninggalan Kerajaan Kutai – Materi Sejarah Kelas 10

Kehidupan Sosial Kerajaan Aceh

Dalam kehidupan sosial, perkembangan ajaran agama Islam di Aceh semakin meluas. Selain itu masyarakat di Aceh dibagi menjadi beberapa golongan. Golongan pertama disebut dengan Teuku, yaitu mereka yang merupakan bangsawan. Golongan kedua adalah Teungku yang merupakan para ulama. Golongan keempat adalah Uleebalang yang adalah para prajurit dan yang terakhir adalah rakyat.  

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Aceh 

Letak kesultanan Aceh Darussalam yang strategis membuat perekonomian Aceh berkembang pesat. Ditambah lagi wilayah kekuasaan yang semakin luas dan hubungan dengan pihak asing menjadi faktor kemajuan ekonomi Aceh.

Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka menyebabkan bertambahnya badan ekspor penting seperti timah dan lada. Lada sendiri menjadi komoditas perdagangan utama di Aceh pada saat itu.

Kemunduran Kerajaan Aceh

Kemunduran Kerajaan Aceh dipicu oleh beberapa hal di antaranya:

  • Pemimpin yang kurang cakap

Setelah meninggalnya Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh tidak memiliki pemimpin yang terampil dan cakap. Sehingga hal ini memicu kemunduran Kerajaan Aceh. 

Melemahnya kerajaan Aceh juga dipicu oleh timbulnya perang antar golongan, yaitu golongan teuku dan teungku. Selain itu para ulama juga bertikai karena adanya perbedaan aliran.

  • Kuatnya kekuatan bangsa Eropa (Belanda)

Sebelum lanjut, download dulu yuk aplikasi Zenius buat dapetin ribuan materi pelajaran yang lebih lengkap dan akses ke fitur-fitur gratis. Pilih sesuai gadget yang elo pake ya!

Baca Juga: Kerajaan Samudera Pasai, Masa Kejayaan dan Silsilahnya – Materi Sejarah Kelas 10

Contoh Soal dan Pembahasan

Masjid yang awalnya merupakan sebuah candi yang berada di wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh adalah masjid …

A. Baiturrahman

B. Indrapuri

C. Agung Aceh

D. Mujahidin

Jawaban: B. Indrapuri

Pembahasan: Masjid Indrapuri ini dulunya merupakan candi Hindu yang merupakan milik Kerajaan Lamuri, namun karena Kerajaan Lamuri berhasil dikuasai oleh Kerajaan Aceh kemudian oleh Sultan Iskandar Muda candi tersebut diubah menjadi sebuah masjid, yaitu Masjid Indrapuri. 

Nah, itu tadi materi yang kali ini bisa gue bahas, jangan lupa buat langsung buka aplikasi Zenius. Elo juga bisa cek paket belajar Zenius aktiva yang memiliki fitur canggih dan lengkap untuk nemenin elo belajar, dengan klik banner di bawah ini, agar elo makin tercerahkan!

Kehidupan Kerajaan Aceh dan Silsilahnya - Materi Sejarah Kelas 10 9

Originally Published: January 25, 2022
Updated By: Arieni Mayesha

Perang Aceh, Perang yang Lebih dari 30 Tahun Lamanya

Sobat Zenius, elo tau nggak sih kalau Belanda ternyata butuh waktu sekitar 40 tahun untuk mengalahkan Kerajaan Aceh?

Hah? Kok bisa? Bukannya Belanda lebih canggih dibanding Aceh? Emangnya strategi kayak apa yang Aceh punya sampe Belanda ketar-ketir?

Oke, tapi sebelum gue jawab semua pertanyaan di atas, buka dulu deh link video di bawah ini. Video ini menjelaskan latar belakang secara umum munculnya perjuangan kedaerahan pada masa kolonialisme. Jangan lupa log in (atau daftar kalo elo belum punya akun) supaya elo bisa nonton videonya sampai habis.

Kalau udah selesai nonton, balik ke sini lagi, ya! Karena setelah ini gue mau jelasin lebih dalam tentang Perang Aceh.

Latar Belakang Perlawanan dan Perjuangan Daerah pada Masa Kolonialisme

Penyebab Perang Aceh

Sobat Zenius, elo pasti tau kan kalau di masa lalu, jalur perairan itu penting banget. Wilayah-wilayah strategis yang ada dalam jalur perairan pun jadi incaran negara-negara yang lagi menjelajah, perang, ataupun dagang.

Ketika Terusan Suez dibuka pada tahun 1869, perairan Aceh pun jadi wilayah yang strategis, karena digunakan sebagai jalur lalu lintas perdagangan. Belanda yang lagi gencar-gencarnya menaklukan nusantara akhirnya menganggap Aceh sebagai sasaran empuk.

Baca juga:

Silsilah Kerajaan Samudera Pasai dan Masa Kejayaan

Tapi, keinginan Belanda terhalang oleh Traktat London, perjanjian yang dibuat Belanda dan Inggris pada tahun 1824. Salah satu isi dari perjanjian ini menyebutkan bahwa Belanda harus menghormati kedaulatan Kerajaan Aceh. 

Nah! Perjanjian ini ngebuat Belanda nggak bisa melakukan apapun terhadap Aceh. Akhirnya, Belanda dan Inggris mengatur perjanjian lain, yaitu Traktat Sumatra (1871). Pada intinya, perjanjian ini memberikan kebebasan kepada Belanda untuk memperluas kekuasaannya di Pulau Sumatera.

Baca juga:

Penjajahan Bangsa Eropa di Indonesia Selama 350 Tahun, Benarkah?

Perjanjian ini jelas membuat Kerajaan Aceh merasa terancam. Mereka pun berusaha mencari bantuan dari beberapa negara lain. Mengetahui pergerakan diplomatik Aceh, Belanda nggak diam aja. Wakil Presiden Hindia, F. N. Nieuwenhuyzen bahkan dateng langsung ke Aceh untuk minta penjelasan.

Saat kedatangannya, Wakil Presiden Hindia juga menyampaikan sebuah petisi yang menuntut Aceh agar tunduk terhadap Belanda. Tentu pemimpin Kerajaan Aceh, Sultan Mahmud Syah menolak petisi ini… and the rest is history!

Bagaimana Perjalanan Perang Aceh?

Saking lamanya Perang Aceh, para sejarawan pun membagi peristiwa ini ke dalam empat fase. 

Fase Pertama (1873 – 1874)

Fase pertama Perang Aceh terjadi pada tahun 1873, setelah pernyataan perang dikumandangkan oleh Belanda. Kerajaan Aceh pun segera menyiapkan diri untuk melawan. 

Perang pun dimulai! 3.000 pasukan KNIL Belanda mendarat di Pantai Ceureumen pada tanggal 5 April 1873 di bawah pimpinan Mayor Jenderal Kohler. Sedangkan pasukan Aceh dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah.

Terus siapa yang menang? Yup, Aceh dengan segala kekuatan dan strateginya berhasil memukul mundur Belanda!

Fase Kedua (1874 – 1880)

Meski kalah, Belanda nggak nyerah begitu saja. Pasukan Belanda segera mengatur strategi baru yang dipimpin oleh Jenderal Jan Van Swieten.

Pada serangan yang kedua, Belanda berhasil menguasai istana Kesultanan Aceh Darussalam. Tapi, ini memang moment-nya aja yang tepat, karena saat itu pasukan Aceh emang sedang meninggalkan istana untuk bergerilya.

Pada fase ini, para pejuang Aceh seperti Teuku Umar, Cik Ditiro, Panglima  Polim, dan Cut Nyak Dien berhasil memobilisasi rakyat Aceh untuk bergerilya melawan Belanda. Ternyata, strategi ini berhasil membuat Belanda kewalahan. Fase kedua pun kembali dimenangkan oleh Aceh.

Baca juga:

Kehidupan Kerajaan Aceh dan Silsilahnya

Fase Ketiga (1881 – 1896)

Kalau ada satu hal yang bisa kita tiru dari Belanda di sini, ya ini nih semangatnya yang nggak abis-abis. Kegagalan demi kegagalan yang diterima oleh Belanda nggak menyurutkan semangat mereka dalam menguasai Aceh. Justru Belanda makin lihai menyusun strategi. Kali ini, mereka menggunakan siasat dari dalam.

Christian Snouck Hurgronje merupakan seorang ahli Bahasa Arab dan Agama Islam yang dikirim oleh Belanda untuk mendekati para ulama Aceh. Ia menyamar dengan menggunakan nama samarannya, yaitu Haji Abdul Ghaffar. Penyamaran ini ia gunakan untuk mendapatkan info sebanyak-banyaknya tentang Aceh, yang nantinya akan dilaporkan ke pasukan Belanda.

Tapi, ternyata pihak Aceh pun melakukan hal yang sama. Suami Cut Nyak Dien, Teuku Umar, berpura-pura menyerah kepada Belanda. Belanda pun menghargai keputusannya itu dengan menjadikannya panglima dan diberi gelar Teuku Johan Pahlawan. Nggak hanya itu, Teuku Umar juga diberikan kesatuan tentara yang berjumlah 250 orang.

Alih-alih menyerang negaranya sendiri, Teuku Umar justru melakukan serangan balik melawan pasukan Belanda pada tanggal 29 Maret 1896. Peristiwa ini terkenal dengan nama Het Verraad van Teukoe Oemar atau pengkhianatan Teuku Umar.

Terus respon Belanda? Ya, jelas mereka marah. Mereka pun segera menagih laporan dari Snouck Hurgronje. Baru lah Belanda mengetahui bahwa kekuatan Aceh selama ini adalah semangat yang didasarkan pada tali persaudaraan sesama Muslim.

Fase Keempat dan Akhir (1896 – 1910)

Berulang kali kalah, akhirnya Belanda menemukan strategi yang sesuai. Belanda membentuk Korps Marchausse, pasukan yang terdiri dari orang-orang Indonesia yang dibawahi pemimpin Belanda. Dengan pasukan ini, strategi gerilya Aceh dapat mudah dikalahkan. Bahkan, pada tahun 1899 Teuku Umar tewas pada pertempuran di Meulaboh.

Tewasnya Teuku Umar nggak mematahkan semangat juang rakyat Aceh. Perjuangan masyarakat kini dipimpin oleh Cut Nyak Dien bersama Pocut Baren. Sayangnya, pertahanan rakyat Aceh semakin lama semakin melemah karena terus mendapatkan tekanan dari Belanda.

Perjuangan rakyat Aceh berada di titik terendah ketika Cut Nyak Dien ditangkap pada tahun 1905 dan meninggal pada tahun 1910. Kematiannya menjadi tanda berakhirnya perjuangan Aceh dalam melawan Belanda.

Dampak Perang Aceh

Ketika Belanda mengalahkan suatu daerah, daerah tersebut tentu berada dalam kuasa mereka. Begitu pun dengan Aceh. Aceh mau tidak mau tunduk dan mengakui kedaulatan Belanda, serta menyerahkan seluruh wilayahnya.

Kerugian yang sangat besar juga dirasakan oleh Belanda. Mereka mengeluarkan sumber daya yang tidak sedikit selama untuk membiayai perang yang berlangsung selama kurang lebih 40 tahun. 

Kemudian, banyaknya korban yang gugur tentu meninggalkan luka bagi kedua pihak yang terlibat. Dari sini, kita bisa belajar bahwa segala bentuk peperangan menghasilkan kerugian yang begitu besar, bahkan bagi pihak yang menang.

Tokoh-Tokoh Penting yang Terlibat dalam Perang Aceh

Sobat Zenius, di atas tadi pasti elo ngelihat banyak nama yang terlibat dalam perang Aceh. Nah, gue buatin daftar supaya bisa elo ingat dengan mudah dan bisa pelajari lebih dalam.

Berikut daftar tokoh Aceh yang berperan dalam perang ini: 

  • Panglima Polim, 
  • Sultan Mahmud Syah, 
  • Tuanku Muhammad Dawood, 
  • Teuku Umar, 
  • Teuku Cik Ditiro, 
  • Cut Nyak Dien, dan
  • Pocut Baren 
Tokoh Aceh yang terlibat dalam Perang Aceh
Tokoh-tokoh dalam Perang Aceh (Arsip Zenius)

Sementara, ini tokoh Belanda yang berperan dalam Perang Aceh: 

  • J.H.R Kohler, 
  • Jan van Swieten, dan
  • Snouck Hurgronje
Tokoh Belanda yang terlibat dalam Perang Aceh
Tokoh Belanda yang terlibat dalam Perang Aceh (Arsip Zenius)

Guys, itu tadi pembahasan gue tentang perang Aceh. Super seru, kan? Kalau Sobat Zenius mau mempelajari tentang materi ini lebih dalam, elo bisa tonton video pembelajaran Zenius dengan klik banner di bawah ini!

Sejarah Perang Aceh: Perang Terlama yang Harus Dihadapi Belanda 17

Sobat Zenius juga bisa belajar mata pelajaran lainnya melalui video pembelajaran lewat paket belajar Aktiva Sekolah dari Zenius. Segera aktifkan paketnya supaya elo bisa ikut try out sekolah, sesi live class, serta mendapatkan akses rekaman dari setiap live class.

Sejarah Perang Aceh: Perang Terlama yang Harus Dihadapi Belanda 18

Sampai ketemu di artikel lainnya!

Penulis: Atha Hira Dewisman

Referensi Pustaka:

Ibrahim, Alfian. (1987) Perang di Jalan Allah. Jakarta: Sinar Harapan

Veer, Paul Van’ T. (1985). Perang Aceh. Jakarta: Grafiti Press

Wahid, F. (2018). Kontribusi Cut Nyak Dien dalam Perang Aceh (1873-1908) (Bachelor’s thesis, Jakarta: Fakultas Adab & Humaniora UIN Syarif Hidayatullah).